Mohon tunggu...
Dimas Suyatno
Dimas Suyatno Mohon Tunggu... Wiraswasta - Suka jalan-jalan di akhir pekan

Suka trevelling, tinggal di Solo | @dimassuyatno Bisa dihubungi via email thezatno@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Energi Terbarukan, Solusi Atasi Krisis Menuju Kemandirian Energi

31 Desember 2015   20:14 Diperbarui: 4 Januari 2016   09:56 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="(Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama sejumlah menteri termasuk Gubernur NTT Frans Lebu Raya serta rombongan, ketika meninjau proyek IPP PLTS 5 MWp di Desa Oelpuah, Kupang Tengah, NTT, pada Minggu, 27 Desember 2015. || Foto: Gapey Sandy/Kompasiana) "][/caption]“Independent Power Producer Pembangkit Listrik Tenaga Surya (IPP PLTS) 5MWP terbesar dalam sejarah Indonesia, berada di Kupang. Proyek ini yang pertama bisa dikerjakan dalam 9 bulan merupakan bauran energi, kombinasi ramah lingkungan. Pemerintah ingin memperbesar penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT). PLTS seperti ini, nantinya akan dikembangkan terutama di pulau-pulau yang sulit terjangkau oleh pembangkit listrik dari sumber fosil. Pemerintah akan terus bekerja mewujudkan pemenuhan kebutunan listrik nasional.”

Demikian kalimat yang disampaikan oleh presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo dalam facebook fanpagenya  menyambut peresmian IPP PLTS di Kupang, 27 Desember 2015 kemarin.

Hebatnya, dua blogger kompasiana turut menjadi saksi sejarah baru ini. Adalah Iskandar Zulkarnaen dan R. Gapel Fadli yang berkesempatan mengikuti kunjungan kerja bersama presiden Jokowi.

Mengutip reportase R. Gapel Fadli, PLTS berkekuatan 5 MWp (megawatt peak) hasil karya anak bangsa ini menjadi PLTS terbesar se-Indonesia, Presiden Joko Widodo berujar, penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) baik tenaga surya maupun tenaga hidro akan terus dikembangkan. Kombinasi seperti ini ramah lingkungan. “Provinsi NTT saat ini masih kekurangan listrik. Kebutuhan kapasitas listrik untuk NTT ini adalah sebesar 50 MW. Meski PLTS ini hanya memiliki kapasitas kekuatan sebesar 5 MW tapi, nanti pada tiga bulan mendatang akan segera merapat kapal listrik apung ke sini, dengan membawa daya listrik berkapasitas 60 MW. Artinya, kalau semua sudah berjalan, maka kebutuhan listrik di NTT akan tercukupi,” urai Presiden Joko Widodo yang didampingi Menteri Energi Sumber Daya Mineral Sudirman Said, Gubernur NTT Frans Lebu Raya, dan Dirut PT LEN Industri Abraham Mose.

Sebelumnya Presiden Joko juga menyinggung soal energi terbarukan dalam peresmian PLTP Kemojang V

"Sebagai negeri yang masuk kategori kawasan cincin api, sejatinya menyimpan banyak potensi panas bumi. Harus disikapi sebagai berkah tersembunyi, dan kita harus mengolahnya. Bahkan sampah, kotoran ternak dan sejenisnya merupakan potensi energi. Sebagai bahan bakar, ia ramah lingkungan. Kandungan CO2 hasil pembakarannya sangat kecil. Aman.

Gas rawa yang tersembunyi di balik gambut juga merupakan potensi energi yang leluasa dikembangkan, terutama di luar Pulau Jawa, untuk pembangkit skala kecil. Kita sudah punya cukup banyak hasil studi dan penelitian sehingga tahu peta persebaran potensinya, baik di Jawa, Sumatera maupun Kalimantan. Tinggal kita olah dan maksimalkan. Semoga kelak negeri kita makin maju. Adalah tugas kiita semua: pemerintah, swasta dan masyarakat untuk bersama-sama mengeksplorasi sambil menjaga kelestarian lingkungan.” ungkap Jokowi sebagaimana ditulis dalam fanpage beliau sesaat sebelum meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas (PLTKP) Kemodang V di Garut, Jawa Barat. Proyek ini merupakan proyek lanjutan dari beberapa proyek percepatan penggunakan energi terbarukan sebelumnya.

[caption caption="Proyek Panas bumi Pertamina (foto: liputan6.com)"]

[/caption]
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit V Kamojang memiliki kapasitas 30 MegaWatt yang dibangun Pertamina Geothermal Energy (PGE). Ini merupakan bentuk optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan sebagaimana disampaikan oleh Direktur Hulu pertamina, Muhammad Husen "Proyek dari Pertamina Geothermal Energy ini bagian dari tekad Pertamina mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan, terutama panas bumi,".

PLTP Unit V Kamojang yang dikelola PGE merupakan pengembangan dari empat unit PLTP yang sudah ada dengan kapasitas terpasang. Pembangkit PLTP di Kamojang sendiri mulai beroperasi pada 1982 dengan kapasitas sebesar 30 MW. PGE juga terus melanjutkan pengembangan lapangan panas bumi di Lahendong, Sulawesi Utara, dan pengembangan itu untuk pasokan uap ke PLTP Unit IV Lahendong yang dioperasikan PT PLN (Persero) dengan kapasitas terpasang 20 MW. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menargetkan produksi listrik dari panas bumi sebesar 2.300 megawatt (MW) hingga 2025,  “Jadi, apabila seluruh proyek tersebut tuntas kelak kapasitas produksi listrik panas bumi Pertamina Geothermal akan mencapai 2,3 gigawatt (GW),” kata Rony Gunawan, Presiden Direktur Pertamina Geothermal.

Selain dua proyek tersebut, masih banyak proyek yang disiapkan pemerintah untuk mendukung penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) sebut saja PLTP Sarulla Unit-1 berkapasitas 110 MW, Ulubelu Unit-355 MW, dan Karaha 30 MW. Ketiga proyek ini di targetkan akan siap beroperasi pada tahun 2016. Ini baru bagian kecil dari 12 PLTP yang sempat mangkrak.

Meskipun belum bisa menjadi saksi peresmian proyek IPP PLTS seperti Mas Isjet dan Bung Gapel, saya cukup beruntung mendapat kesempatan untuk menyaksikan berbagai proyek dan mitra binaan PT. Pertamina yang menanfaatkan atau membuat proyek yang memanfaatkan sumber energi terbarukan di Jogjakarta dalam acara Gebyar Energi Pertamina. Saya dan 9 kompasianer lainnya turut serta mendampingi kunjungan kerja Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto. 

[caption caption="Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto dalam acara Gebyar Energi Pertamina di Jogja. (Foto: Dok. pribadi)"]

[/caption]
Dalam acara Gebyar Enegi Pertamina di Ambarrukmo Plaza dan kunnjungan ke mitra binaan PT. Pertamina di Ngglanggera, Dwi Soetjipto selalu menyampaikan pentingnya menciptakan energi baru dan terbarukan. "Pemerintah telah menetapkan bahwa bauran/campuran energi di masa yang akan datang, tahun 2030 itu 25% harus dari energi bauran terbarukan. Ketika saat ini masih sedikit, maka kita perlu usaha bersama menyosialisasikan kepada masyarakat untuk penggunaan energi bauran terbarukan dan juga menguasai teknologinya”.

“Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan CO2. Itu tantangan negara untuk mencari sumber-sumber energi baru yang mengurangi CO2. Semua pihak bisa ikut menyumbangkan ide untuk memperbaiki lingkungan dengan menciptakan energi baru dan terbarukan. Kami undang semua. Silakan bawa ke Pertamina, kita akan pikirkan bersama-sama” sambung Dwi Soetjipto.

Hal ini senada dengan yang diungkapkan Presiden Joko Widodo seperti yang disampaikan dalam peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Kamojang Unit 5 PT Pertamina di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung di kesempatan yang berbeda. "Ke depan, pembangkit listrik cari yang ramah lingkungan. Itu yang diprioritaskan," ujar Jokowi.

Energi terbarukan energi yang berasal dari "proses alam yang berkelanjutan", seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas bumi. Ada banyak sumber energi terbarukan yang bisa dimanfaat kan secara mandiri maupun dengan proyek massal diantaranya :

1. Energi Matahari/Surya

Merupakan energi yang dikumpulkan secara langsung dari cahaya matahari. Adapun tenaga surya dapat digunakan untuk:

Menghasilkan listrik menggunakan sel surya
Menghasilkan listrik Menggunakan menara surya
Memanaskan gedung secara langsung
Memanaskan gedung melalui pompa panas
Memanaskan makanan Menggunakan oven surya.
Memanaskan air melalui alat pemanas air bertenaga surya

2. Energi Biomasa

Biomassa merupakan jenis energi terbarukan yang mengacu pada bahan biologis yang berasal dari organisme yang hidup atau belum lama mati. Adapun sumber biomassa bisa dari bahan bakar kayu, limbah dan alkohol. Pembangkit listrik biomassa di Indonesia seperti PLTBM Pulubala di Gorontalo yang memanfaatkan tongkol jagung.

3. Hydropower

Hydro power merujuk kepada teknologi yang mengubah air menjadi energi listrik. Sebagai salah satu aplikasi dari green technology, hydro power menghasilkan sedikit pencemaran dibandingkan dengan teknologi pembangkit lainnya. Prinsip teknologi ini adalah menggunakan energi kinetik dari arus air untuk memutar turbin yang nantinya akan diubah menjadi energi listrik.

4. Energi dari laut 
Masih seputar lautan. Lautan menyediakan energi terbarukan (renewable energy), seperti energi gelombang atau pemanfaatan pasang surut air laut dapat digunakan untuk membangkitkan energi listrik dan energi panas air laut (ocean thermal energy)—yang berasal dari panas yang tersimpan dalam air laut.

5. Energi Angin

Angin merupakan salah satu sumber energi yang tak pernah ada habisnya. Selama bumi ini masih ada, maka angin akan tetap ada selamanya karena ketersediaannya tidak terbatas. Angin sendiri seringkali dimanfaatkan dalam teknologi kincir angin, khususnya di negara dengan intensitas angin sangat banyak. Angin ini nantinya akan mendorong turbun dari kincir angin yang bisa menghasilkan energi listrik.

6. Energi Geothermal

Sumber energi panas bumi atau geothermal sendiri merupakan energi panas dari kerak bumi. Energi geothermal in diperoleh akibat peluruhan radioaktif dan juga pelepasan kalor atau panas secara terus menerus di dalam bumi. Di dalam perut negeri ini, tersimpan 40 persen cadangan panas bumi di dunia. Mayoritas masih ‘tidur’ di bumi Andalas atau Sumatra. Cadangan panas bumi di Sumatra sebesar 6.645 Megawatt electric (MWe) atau hampir 50 persen dari total cadangan nasional, sebesar 15.882 MWe.

7. Hidrogen

Hidrogen memiliki potensi yang amat besar sebagai bahan bakar dan sumber energi.

8. Biodiesel
Saat ini, pengembangan biodiesel yang bersumber dari tanaman jarak (Jatropha) terus dilakukan. Sayang, energi ini belum dikembangkan secara maksimal.

9. Bioetanol

Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari pengolahan tumbuhan) di samping biodiesel. Bisa berbahan baku dari singkong, jagung, kelapa sawit.

10. Biogas

Berbagai bahan organik, secara biologis dengan fermentasi, maupun secara fisiko-kimia dengan gasifikasi, dapat melepaskan gas yang mudah terbakar.

Biogas dapat dengan mudah dihasilkan dari berbagai limbah dari industri yang ada saat ini, seperti produksi kertas, produksi gula, kotoran hewan peternakan, dan sebagainya. Berbagai aliran limbah harus diencerkan dengan air dan dibiarkan secara alami berfermentasi, menghasilkan gas metana. Residu dari aktivitas fermentasi ini adalah pupuk yang kaya nitrogen, karbon, dan mineral.

Manfaat & Kelebihan Energi Terbarukan

  • Tersedia secara melimpah.
  • Lestari dan tidak akan habis.
  • Ramah lingkungan ( rendah atau tidak ada limbah dan polusi )
  • Sumber energi bisa dimanfaatkan secara cuma-cuma dengan investasi teknologi yang sesuai.
  • Tidak memerlukan perawatan yang banyak dibandingkan dengan sumber-sumber energi konvensional dan mengurangi biaya operasi.
  • Membantu mendorong perekonomian dan menciptakan peluang kerja.
  • “Mandiri energi” – tidak perlu mengimpor bahan bakar fosil dari Negara ketiga.
  • Lebih murah dibandingkan energi konvensional dalam jangka panjang, bebas dari fluktuasi harga pasar terbuka bahan bakar fosil.
  • Beberapa teknologi mudah digunakan ditempat-tempat terpencil.
  • Distribusi, energi bias diproduksi diberbagai tempat tidak tersentralisir.

[caption caption="Gatsu Drink, demikian nama gerobak ini. Menggunakan energi terbarukan, yakni memanfaatkan energi surya sebagai sumber listrik. Panel surya ada diatap gerobak. Gerobak ini dipamerkan di Gebyar Energi Pertamina di Ambarrukmo Plaza beberapa waktu lalu (foto: Dok. pribadi)."]

[/caption]
Dari acara Gebyar Energi Pertamina, banyak informasi yang disampaikan diantaranya terkait target pengembangan EBT Pertamina. Berikut target pengembangan EBT Pertamina hingga 2018 :
Produksi Energi Listrik dari Sumber Terbarukan :
Geothermal : 907 MW
Mini & Micro hidro : 45 MW
Energi Biomassa : 50 MW
Energi surya : 60 MW
Energi angin : 60 MW
Energi laut : 3 MW

Produksi biofuel untuk bahan bakar dari sumber terbarukan :
Green Diesel : 0,58 juta KL/tahun
Co-processing green diesel : 0,14 juta KL/tahun
Co-processing green Gasoline : 0,23 juta KL/tahun
Bio Avtur : 257.000 KL/tahun
Bio LNG Plant : 10 ton/hari

Selain dari pengembangan sebagaimana disampaikan diatas, Ada beberapa pengembangan sumber energi terbarukan Oleh Pertamina diantaranya :

  • Energi Listrik Tenaga Surya

Pertamina mengembangan energi listrik tenaga surga untuk kebutuhan internal dan komersial. Proyek energi surya ada di cilacap dan Mandalika. Pengembangan proyek Energi Surya (PLTS) dilakukan di kilang Pertamina. Kapasitas awal 4 MW dengan potensi penghematan hingga USD 2 juta/tahun. Adapun target onstream pada tahun 2016. Adapun untuk eco tourism di Madalika, pengembangannya hingga 40 MW. Fuel saving hingga USD 1,7 juta/tahun jika dibandingkan dengan pembangkit diesel, target on stream tahun 2016. 

  • Energi Listrik dari Limbah Sawit

Energi listrik juga bisa dihasilkan dari limbah sawit. Dengan produksi CPO 25 juta per ton per tahun, Indonesia merupakan produsen terbesar CPO di dunia. Limbah cair dari pemrosesan CPO merupakan sumber energi yang bisa dimanfaatkan. 

  • Energi Listrik dari Mikro Algae

Pertamina juga mengembangkan sumber energi masa depan dari Mikro Algae. CO2 + energi matahari (1 kg microalgae menyerap 1,83 kg CO2 akan dihasilkan crude Algae oil dan protein residu yang bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak. Mengapa microalga? Karena mikroalga tidak berkompetisi dengan industri makanan, akan melibatkan masyarakat untuk budidaya Algae. Mikro Algae diharapkan akan membantu mencapai target bauran energi pemerintah 23% pada 2025. 

  1. Dalam mengembangkan potensi EBT, Pertamina menjalin kerjasama strategis dan penguatan sumber daya lokal melalui :
    Bekerjasama dengan universitas, lembaga penelitian ataupun perusahaan dalam mengembangkan teknologi energi baru dan terbarukan
  2. Menjalankan sinergi dan kolaborasi dengan sesama BUMN dan perusahaan swasta lainnya di dalam dan luar negeri
  3. Kerjasama untuk pembiayaan
  4. Mengembangkan sumber daya lokal untuk mendukung bisnis EBT

[caption caption="Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto meyerahkan bingkisan kepada anak-anak dalam kunjungan ke mitra binaan Pertamina di Nglanggeran. Disini pertamina telah membantu petani selama 3,5 tahun dalam mengembangkan komoditas unggul berupa durian montong dan kelengkeng. (Foto: Dok. pribadi)"]

[/caption]Pertamina berkomitmen dalam Implementasi EBT hal ini diimplementasikan dalam bentuk pengembangan teknologi, kerjasama strategis, penguatan kapasitas lokal dan integrasi value chain untuk energi baru terbarukan. Pertamina mendukung penuh target bauran energi pemerintah yang mengacu kepada kebijakan energi nasional baik melalui penyediaan insfrastruktur untuk EBT maupun implementasi Bahan Bakar Nabati (BBN). Pertamina juga memanfaatkan teknologi terkini dan inovasi dalam EBT. Program CSR Pertamina pun diarahkkan untuk berkolaborasi dengan program EBT dalam penyediaan energi dan pengembangan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun