Informasi yang kita dapatkan, dapat juga dikaitkan dengan metafora untuk menggabungkannya ke dalam cerita fiksi. Misalkan begini: (silakan lihat kembali materi mengenai menghidupkan deskripsi dengan menggunakan metafora)
[***Kemudian hatinya ingin menangis, menangis meratapi segala nasib yang sedang menimpanya kini. IBARAT sebuah kompetisi liga sepakbola, kini ia terlempar jauh ke jurang degradasi, jurang kemerosotan. Masa prestisius bersekolah, kini terpaksa ia tinggalkan.]
Atau…
[***Masih dengan curi-mencuri, Elko mendaratkan pandang ke sana. Gadis itu, di matanya, IBARAT tembikar yang sudah terlapisi glasir. Berkilap-kilapan menggoda, dan pasti berharga jual tinggi!]
Atau….
[***Lis merupakan semangatnya berangkat ke sekolah, Lis adalah semangatnya mengerjakan pe-er pe-er, Lis adalah gadis yang selalu ia tuliskan namanya di buku-buku tulis. Lis IBARAT tillandsia yang dilekatkan ke bonggol kayu, sangat cantik untuk dekorasi lobi apartemen atau interior rumah mewah.]
Atau…
[***Pernikahan IBARAT lalu lintas ibukota yang ruwet. Kecelakaan dalam sehari-harinya adalah kejadian yang wajar, tak seorangpun pernah mengharapkan itu terjadi. Dishub selalu memperbaiki manajemen lalu lintas agar lebih disiplin. Tetap saja hari per harinya terjadi laka-lantas. Dan tidak satu dua petugas diterjunkan langsung ke jalan untuk membantu melancarkan lalu lintas. Tetap, tetap saja angka kecelakaan masih tinggi. IBARAT pernikahan itu lalu-lintas, pertanyaannya: apakah rumah tangga harus diakhiri hanya karena terjadi satu kecelakaan di dalamnya?]
Atau…
[***“Aku peringatkan sekali lagi! Jangan salahkan aku, yang sampai sekarang masih mengangggur! Ini bukan inginku, bukan salahku. Siapa sangka pabrik sebesar itu bisa bangkrut…” matanya masih serigala, dan nafasnya tak beraturan. Dalam keadaan tertekan seperti itu Slamet SEUMPAMA pejabat publik melakukan defens ego karena ketangkap basah melakukan tindakan asusila.]
Atau…