Hedonisme dapat dikatakan lahir dari keinginan fisik atau kejatuhan manusia dalam dosa, serta ketidakmampuan manusia hidup untuk mencapai standar atau hukum Allah, demikian juga satu bentuk dari manusia yang menolak Allah sang pencipta (bdk. Rom 1: 18-32) kemudian jatuh dalam kesenangan atau hawa nafsu semata-mata dan dimana Allh membiarkan hal itu terjadi. Â
Hedonisme juga satu bentuk kehidupan daging yang bertentangan dengan keinginan Roh (Gal. 5: 16-21). Â Tentu kesenangan atau sukacita tidaklah salah, tetapi kesenangan atau sukacita haruslah di dalam Tuhan.
Kesimpulan
Orang Kristen kaya dan makmur tidak salah bahkan merupakan berkat dari Tuhan, tetapi kita harus berhati-hati terhadap hedonisme yang menjadi kesenangan semata-mata sebagai tujuan hidup. Â
Hedonisme bertentangan dengan Firman Tuhan karena hedonisme menjadikan kesenangan manusia pribadi sebagai tujuan hidup dengan kata lain semata-mata hidup untuk memuaskan keinginan daging, sehingga manusia lupa dan menolak Tuhan atau merusakkan orang lain itulah yang tidak diperkenan oleh Tuhan. Â
Orang Kristen boleh menikmati segala berkat Tuhan berupa kekayaan, tetapi bukan sebagai tujuan utama hanya untuk menyenangkan diri sendiri, memuaskan keinginan diri, memuliakan diri sendiri sebab tujuan yang tertinggi dari kehidupan orang Kristen ialah menyenangkan dan mempermuliakan Allah. Â
Dengan demikian hendaknya segala kekayaan dan kemakmuran yang Allah limpahkan kita dapat pakai untuk memuliakan Allah dan kabaikan atau berkat bagi sesama.
Sumber bacaan:Â
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid II . Jakarta: OMF, 1996.
Brown, Colin. Â Filsafat & Iman Kristen. Â Ed. ke-1. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1994.
Copleston, S. J. Frederich.  A History of Philosophy, vol: 2, Medieval Philosophy from Augustine to Duns Scotus. New York: Image Books, 1993.