Hallo Ibu Rustriningsih... Assalamualikum....
Perkenalkan ibu, nama saya Sutersno, lengkapnya Sutresno Adianto, nama pemberian ayahku, yang entahlah di usia dua tahun beliau meninggalkan aku dan ibuku. Ah sudahlah, itu masa lalu dan hikmah di balik itu aku jadi lelaki yang menghargai para pejuang wanita, setidaknya ku kenal dari ibuku yang membesarkan sejak kecil dengan susah payah.
Termasuk dari ibu Rustriningsih, salah satu aktor partai yang berjuang sejak masa orde baru dan bangkit di daerah sebagai Srikandi partai oposisi yang mampu mendulang suara tinggi dalam kemenangan usai reformasi 1998 .
Kalau Ibu Rustriningsih masih ingat, saat ibu masih menjadi wakil Gubernur Jawa tengah, kita sempat ketemu walau hanya sejenak sekitar dua jam di pendidikan politik salah satu organisasi besar di Jawa Tengah.
Duh bersyukurnya bisa salaman dan dapat kesempatan satu pertanyaan yang dijawab ibu sambil berdiri dan mendekat ke bangku tempat diriku duduk. Tentu ibu pasti tidak ingat. Tak apa  maklum ibu sebagai publik figur susah mengingat satu per satu rakyat yang mengidolakan ibu, termasuk saya ini. namun saya yakin, hati dan keberpihakan Ibu akan selalu bersama orang-orang seperti kami ini.
Jujur ya Bu, saat itu pertemuan yang mengesankan, saya benar-benar tidak menyangka bisa bersalaman dengan Ibu usai mengisi acara. Sosok ibu benar-benar persis seperti di siaran televisi berita, dan siaran radio.
Senyum ibu khas, ramah tapi tenang menghadapi forum pertemuan pemuda di Kendal saat itu. Maklum ibu politisi perempuan banget, itu berdasarkan analisa dari buku yang selama ini aku baca, juga mengikuti komentar dan pendapat ibu di media masa.
Sewaktu ketemu dulu ibu, benar-benar nampak tenang kalem dengan sorot mata yang teduh tapi melindungi. Agaknya Ibu Rustriningsih memang perempuan yang tegar. Tipe ibu yang selama ini membesarkan saya.
Saya sebenarnya ingin ngobrol banyak lho bu, satu pertanyaan saat aku harus berebut angkat telunjuk jari di acara itu belum puas. Pengin menanyakan banyak hal, khususnya soal karakter kepemimpinan Ibu waktu yang begitu mengayomi dan penuh spirit keberpihakan kepada rakyat kecil.
Tapi apalah daya saya ini ibu, saat itu hanya satu pertanyaan yang dijawab dengan lugas oleh Ibu tentang dasar terbangunnya politik yang tidak instan. Sangat ku ingat, ibu adalah seorang Marhaen sejak lahir, usia dini sudah diajak diskusi ayahanda bu Rustriningsih yang seorang PNI Soekarnois.
"Saya tak sadar, ada internalisasi nilai dari ayah saya. Misal saat di boncengan naik sepeda usai rapat ayah mengeluh tentang sikap lawan politik antar partai," ah kata-kata ibu mengesankan dalam sebuah pendidikan dasar politik itu, cerita sederhana, pendek, namun penuh makna dari seorang pejuang besar Srikandi partai seperti Ibu.
Itu merupakan inspirasi yang sangat mahal Ibu, ketika orang seperti saya ingin ngobrol lama untuk diskusi, sebagai anak muda yang benci pejabat korup dan rakus.
Tapi tak apa, toh saya tetap bisa belajar banyak hal tentang politik dari materi yang ibu sampaikan meski singkat, lainnya membaca kisah pengalaman ibu lewat media masa online yang banyak informasi tentang perjalanan politik ibu. Sebagai pemimpin perempuan yang baik dan berbudi pekerti , Ibu Rustriningsih selalu berbaik sangka sama mereka yang telah menghiananti dan bahkan menjegal Ibu secara secara vulgar.
Mungkin mereka tak tahu dibalik leluhur politik kita ada kisah Ken Dedes yang sebenarnya perempuan di balik layar berdirinya Kerajaan Tumapel menjadi Singosari. Kharisma politik Ken Dedes diakui sebagai leluhur raja-raja yang berkuasa di Jawa, nenek moyang wangsa Rajasa, trah yang berkuasa di Singosari dan Majapahit yang kemudian muncul kerajaan Mataram.
Saya tahu kok Bu, dibalik diam sikap ibu menyimpan rasa sakit politik akibat intrik oleh lingkaran para politisi rakus kekuasaan dan nafsu korup.
Ibu pejuang saat partai dimusuhi pemerintah orba di daerah, Ibu Rustriningsih berkesempatan meraih kekuasaan menjadi anggota DPR RI, dan kemudian pulang kampung di Kebumen untuk menjadi pemimpin daerah, dan saat itu pula Kebumen berubah drastis menjadi lebih makmur dan maju ditangan ibu.
Tapi tenang Ibu, setidaknya sebagai rakyat jelata jelas saya tak akan membiarkan Ibu berlama-lama dalam "jalan sunyi pengabdian". Kalau memang Ibu Rustriningsih peduli dengan kami dan seantero kaum muda yang ingin adanya perubahan. berkiprahlah kembali sebagai pemimpin kami.
Toh ibu selama ini banyak didatangi elit-elit partai, artinya kiprah ibu masih dikenang dan disegani.  Saya dan banyak kaum muda semacam saya ini ikhlas turun ke jalan, masuk kampung-kampung, berpanas-panas, berhujan-hujan, menyuarakan perlunya pemimpin yang matang, tidak instan, mengayomi dan penuh spirit  keberpihakan rakyat seperti Ibu.
Saran saya sebagai anak muda, terima saja pinangan partai-partai ke Ibu, semakin banyak partai yang ingin mendorong Ibu, semakin baik. Banyak kawan lebih baik dari pada satu musuh. kami butuh pemimpin seperti Ibu Rustriningsih.
Demikian. Salam dari saya Ibu Rustriningsih, ........ Stresno Adi, Anak kampung pengidola Ibu Rustriningsih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H