GUNUNG SINGGALANG berketinggian 2.877 mdpl. Gunung api tidak aktif bertipe stratovolcano ini secara administratif berada di Kabupaten Tanah Datar dan Agam, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Gunung favorit di Sumatera Barat ini dikenal juga sebagai salah satu puncak Triarga, tiga gunung penyangga langit Minangkabau.
Ada surga tersembunyi di puncaknya, yaitu Telaga Dewi yang sangat indah. Tapi untuk mencapainya harus melewati trek yang terbilang sangat ekstrem, lebih ekstrem dibanding gunung Kerinci via Kersik Tuo.
Lebih lengkap sila baca artikel ini: Mengenal Trek Ekstrem Gunung Singgalang, Lihat Foto-Fotonya
Empat Jalur
Ada empat jalur pendakian gunung ini. Paling umum via Pandai Sikek, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar.Â
Jalur kedua via Sikadunduang, Kecamatan X Koto, Tanah Datar. Masuknya lewat kota Padang Panjang, ke arah Lubuak Mato Kuciang, searah jalur pendakian gunung Tandikek.
Jalur ketiga via Balingka, Jorong Pambatan, Nagari Balingka, Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam.
Jalur keempat atau terbaru via Padang Laweh, di Nagari Padanglaweh, Kecamatan Sungai Puar, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat,
Estimasi waktu pendakian via Pandai Sikek sekitar 7-9 jam berjalan normal; Sikadunduang sekitar 12-13 jam berjalan normal; via Balingka sekitar 5-6 jam berjalan normal; dan via Padang Laweh sekitar 4-5 jam berjalan normal mulai dari posko lapor sampai telaga Dewi.
Jalur Pandai Sikek dan Sikadunduang bertemu sekitar 100 meter sebelum Telaga Dewi. Sedangkan puncak Singgalang sekitar 20 menit dari Telaga Dewi.
Dengan kata lain, kedua jalur ini sama-sama melewati Telaga Dewi untuk sampai ke puncak Singgalang.
Sedangkan jalur Balingka langsung menuju Puncak Singgalang. Setelah sampai di puncak, para pendaki baru menuju ke camping area Telaga Dewi.
Singkat kata, jalur Pandai Sikek saja sudah ekstrem. Jalur Sikadunduang lebih ekstrem lagi. Diantara ketiganya, jalur Balingka yang terbilang paling mendingan, tapi tetap tidak bisa dibilang ringan. Dan jalur Padang Laweh yang tercepat dan paling ringan.
Mendaki malam
Karena beratnya jalur pendakian, sangat dianjurkan menghindari mendaki malam. Mendakilah pada siang hari, selain lebih aman, juga bisa menikmati pemandangan indah sepanjang perjalanan.
Penjaga posko jalur Pandai Sikek, misalnya, mulai melarang pendaki yang hendak mendaki malam. Kalau masih maksa, ya, tanggung risiko sendiri.
Ada bahaya mengintai dibalik larangan mendaki malam. Dan bahaya itu sudah sering terjadi bahkan sampai merenggut nyawa pendaki. Karena itu, sebaiknya jangan dianggap enteng larangan ini.
Karakter gunung Singgalang sangat lembab dengan hutan yang lebat. Pada malam hari sangat dingin.
Apalagi bila diguyur hujan, selain dingin, treknya menjadi jalur air yang berlumpur dan sangat licin. Sangat menguras tenaga untuk menaklukan jalur begini.
Harusnya tubuh beristirahat pada malam hari, bila dipaksa mendaki lewat jalur ekstrem begini dan apalagi diguyur hujan, maka sangat rawan terserang hipotermia.
Sangat disayangkan sering kali pendaki perdana atau remaja mengabaikan larangan ini. Tetap nekat mendaki malam.
Kejadiaan naas terakhir 2018 lalu. Seorang pendaki wanita (YAT, 19) tewas terserang hipotermia. Dan tragisnya, saat sedang sekarat, teman (RFD, 18) yang menjaga malah tega memperkosanya.
Rombongan pendaki naas tersebut mendaki pada Sabtu malam. Diguyur hujan hingga sampai di Telaga Dewi.
Musim hujan
Hal berikutnya yang sebaiknya dihindari adalah mendaki saat musim hujan. Sebaiknya mendakilah saat cuaca cerah dan panas.Â
Memang kini tidak ada pembagian musim hujan dan kemarau yang pasti. Musim kemarau kadang awal tahun, sekitar bulan Januari-April. Kadang berbeda.
Tahun 2021 ini, misalnya, puncak musim hujan jatuh pada bulan Juli-Agustus. Karena itu, sebaiknya ikuti panduan aplikasi ramalan cuaca.Â
Ada baiknya selalu bawa mantel untuk jaga-jaga.
Saat puncak musim hujan, dimana hujan bisa berhari-hari, keadaan jalur dan camping area bisa amat sangat buruk.
Jalur pendakian via Pandai Sikek akan menjadi jalur air. Terutama yang paling parah mulai dari titik awal pendakian di pos parkiran hingga ke pos mata air tiga. Sekitar 3-4 jam perjalanan.
Di etape pos parkiran hingga pos mata air satu, jalur dalam dan sempit karena tergerus air. Melangkah di jalur begini umpama melawan sungai deras dan kotor.
Di bawah kaki jalur berlumpur dan sangat licin. Sementara di atas kepala pendaki tertutup hutan pimping yang lebat, berjalan sering harus menunduk.
Terbayang berjalan di bawah guyuran hujan lebat demikian akan sangat menyusahkan dan menguras tenaga. Jangan berharap badan bersih, Anda akan lintang pukang dan pasti akan bermandi lumpur.
Selain itu, pada musim hujan hampir tidak ada tempat mendirikan tenda di sekitar telaga Dewi. Nyaris semua permukaan tanah berair dan berlumpur.
Dalam keadaan demikian, lantai tenda yang anti air pun akan kemasukan rembesan air, karena mendapat tekanan terus-menerus, yang lama kelamaan akan membasahi dalam tenda. Tidur malam jadi terganggu.
Akhir kata, mari mendaki gunung secara aman dan ikuti standar keselamatan di alam bebas. Bila tidak, gunung akan menjatuhkan hukumannya.(*)
Baca juga:
• Mengenal Triarga, Tiga Gunung Penyangga Langit Minankabau
• Telaga Dewi, Surga Tersembunyi di Puncak Gunung Singgalang
• Mengenal Zona Kematian di Gunung Singgalang
• Pedar Senja Bulan Mei di Telaga Dewi Gunung SinggalangÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H