Airlangga Hartarto (AHA) adalah kuda hitam bakal capres dengan kadar hitam yang makin berkurang. Berganti warna terang yang makin jelas, warna menuju pencapresan 2024, melalui baliho-balihonya di seluruh Indonesia.
Betapa tidak. Awalnya AHA kurang diperhitungkan. Tapi makin ke sini makin menjanjikan peluang menantang Prabowo. Seiring gelagat Gandjar Pranowo tidak mendapat restu dari partainya.
Posisi Gandjar makin ringkih. Dia bukan siapa-siapa di partai. Mirip Jokowi 2014 lalu. Bedanya, Jokowi disayang partainya.
Selain itu, taji AHA makin tajam dengan sederet prestasi jabatan mentereng, mulai Ketua Umum Partai Golkar, Menko Perekonomian, dan Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) dengan rantai komando seluruh kepala daerah di Indonesia, termasuk Gubernur Jawa Tengah Gandjar Pranowo.Â
Sebagai Ketua KPC PEN, AHA berwenang memerintahkan seluruh kepala daerah di Indonesia untuk, misalnya, memperketat penanganan Covid-19 termasuk memperketat PPKM.
Sebagai Jenderal andalan Jokowi dalam perang melawan Covid-19, AHA menunjukan prestasi dengan ketegasan pemberlakuan PPKM Jawa Bali dan beberapa daerah di Indonesia. Upayanya mulai menunjukan hasil. Laju Covid-19 mulai terkendali.
AHA nampak bertangan emas. Apa saja jabatan yang dipegangnya menunjukan prestasi yang membanggakan Presiden Jokowi. Sebagai Menko Perekonomian, AHA sukses mengantarkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2021 melejit hingga 7,07 persen dan ini terbaik di kawasan.
Kinerja ekspor Indonesia juga menunjukan angka yang luar biasa di tengah gempuran pandemi. Data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia bulan Juni lalu naik 54,46 persen dibandingkan bulan Juni 2020 lalu.
Disamping itu, peluncuran Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko melalui Sistem Online Single Submission (OSS) pada oss.go.id oleh Kementerian Investasi/BKPM menjadi tonggak penting reformasi perizinan dan birokrasi era 4.0.
Dari semua calon penerus Jokowi yang paling mungkin meneruskan agenda pembangunan besar-besaran yang dijalankan Jokowi, sejauh ini hanya AHA.
AHA berpengalaman komplit dan menunjukan prestasi jelas dan terukur yang disenangi Jokowi. Gandjar juga berprestasi, tapi dalam lingkup lebih kecil dibanding AHA. Bedanya lagi, posisi politik Gandjar sangat lemah.Â
Butuh kekuatan politik besar untuk melanjutkan agenda pembangunan Jokowi menuju Indonesia Negara Maju 2045. Gandjar tidak memiliki ini, digoyang kaki tangan Puan Maharani saja sudah oleng.
Bagaimana dengan Puan? Puan punya tunggangan partai, tapi tidak cukup punya dukungan masyarakat luas dan diragukan mendapat dukungan Jokowi.
Sebaliknya, AHA nampak mendapat kepercayaan makin besar dari Presiden Jokowi. Jabatan dan posisi penting secara politik terus diberikan oleh presiden. Terbaru, AHA menemui Gibran dengan "modus" memberi bantuan untuk warga Solo.
Di tengah perang baliho pencapresan 2024, resistensi publik terhadap baliho AHA tetap ada tapi tidak sesengit resistensi terhadap baliho Puan Maharani. Kalau Gandjar memang tidak pasang baliho.
Memang masih banyak variabel politik perlu dikalkulasi menuju Pilpres 2024. Akan tetapi, titik pijak awal AHA dinilai lebih baik dibanding Puan Maharani dan Gandjar Pranowo. Bahkan, bisa jadi, AHA berhasil ikut kontestasi dan mengalahkan Prabowo.(*)
Disclaimer: tulisan ini opini pribadi, penulisnya bukan bagian dari tim Airlangga Hartarto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H