AHA berpengalaman komplit dan menunjukan prestasi jelas dan terukur yang disenangi Jokowi. Gandjar juga berprestasi, tapi dalam lingkup lebih kecil dibanding AHA. Bedanya lagi, posisi politik Gandjar sangat lemah.Â
Butuh kekuatan politik besar untuk melanjutkan agenda pembangunan Jokowi menuju Indonesia Negara Maju 2045. Gandjar tidak memiliki ini, digoyang kaki tangan Puan Maharani saja sudah oleng.
Bagaimana dengan Puan? Puan punya tunggangan partai, tapi tidak cukup punya dukungan masyarakat luas dan diragukan mendapat dukungan Jokowi.
Sebaliknya, AHA nampak mendapat kepercayaan makin besar dari Presiden Jokowi. Jabatan dan posisi penting secara politik terus diberikan oleh presiden. Terbaru, AHA menemui Gibran dengan "modus" memberi bantuan untuk warga Solo.
Di tengah perang baliho pencapresan 2024, resistensi publik terhadap baliho AHA tetap ada tapi tidak sesengit resistensi terhadap baliho Puan Maharani. Kalau Gandjar memang tidak pasang baliho.
Memang masih banyak variabel politik perlu dikalkulasi menuju Pilpres 2024. Akan tetapi, titik pijak awal AHA dinilai lebih baik dibanding Puan Maharani dan Gandjar Pranowo. Bahkan, bisa jadi, AHA berhasil ikut kontestasi dan mengalahkan Prabowo.(*)
Disclaimer: tulisan ini opini pribadi, penulisnya bukan bagian dari tim Airlangga Hartarto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H