Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mendaki Gunung Marapi via Aia Angek, Jalur Tercepat dan Eksotis

28 Juni 2021   12:50 Diperbarui: 2 Juli 2021   12:21 2667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olesi kaki pakai lotion anti nyamuk dan pakai gaiter (Dokpri)

Berikut adalah kisah solo hiking ke gunung Marapi 2891 mdpl lewat jalur Aia Angek, jalur tercepat pendakian gunung Marapi saat ini.

Jalur ini terletak di jalan penghubung Padang-Bukittinggi, tepatnya di Nagari Aia Angek, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.

Sampai saat ini ada tiga jalur pendakian gunung Marapi dengan estimasi waktu treking normal dari posko lapor hingga ke puncak: jalur Kotobaru/Batupalano sekitar 5-6 jam; jalur selatan/Tungku Tigo sekitar 7-9 jam; dan jalur Aia Angek sekitar 4-5 jam.

Jalur Aia Angek masih relatif baru, karena itu belum ramai pendaki. Namun eksotisme jalur ini tidak kalah dibandingkan jalur lain.

Hari Jumat-Sabtu 25-26 Juni 2021 lalu, saya mencoba jalur ini untuk pertama kali. Sendirian.

Posko registrasi (Dokpri)
Posko registrasi (Dokpri)
Tiba di posko

Jumat pagi sekitar pukul 8.00 saya tiba di posko lapor. Posko Pokdarwis Aia Angek sendiri berada di tengah peladangan sayur warga lokal.

Simpang jalan-masuk untuk mencapai posko lapor jalur Aia Angek berada dekat pengkolan setelah kedai penjual lemang setelah masuk Nagari Aia Angek atau sebelum pasar Koto Baru. Lewat di bawah jembatan kereta api. Terus ke atas akan ketemu empat buah simpang-dua, selalu ambil ke kiri.

Cuaca pagi itu cukup cerah. Sinar matahari memancar persis dari arah puncak gunung Marapi. Lidah cahaya itu menerpa ke atas atap posko.

Sinar matahari mulai bersinar kencang di atas posko (Dokpri)
Sinar matahari mulai bersinar kencang di atas posko (Dokpri)
Ada info cukup banyak pacet di jalur pendakian. Karena itu, sebelum treking saya oleskan lotion anti nyamuk di kaki bagian bawah dan setelahnya pakai gaiter untuk menutup bagian atas sepatu.

Pakai gaiter demikian biasanya cukup ampuh untuk menghalangi pacet masuk lewat ujung celana bagian bawah. Pacet yang tetap berhasil masuk akan mabuk atau bahkan mati oleh aroma dan racun lotion anti nyamuk.

Olesi kaki pakai lotion anti nyamuk dan pakai gaiter (Dokpri)
Olesi kaki pakai lotion anti nyamuk dan pakai gaiter (Dokpri)
Sesiap pakai gaiter dan packing ulang, saya memarkirkan motor di bawah rumah panggung yang sekaligus tempat pendaki menginap jika diperlukan sebelum atau seturun treking.

Mulai trekking

Jalur pendakian sendiri berada di depan posko lapor ke arah timur. Menuju ke atas melewati ladang sayuran warga. Saya mulai berjalan.

Tak berapa lama melewati jalur menanjak ringan sampai di persimpangan rumah pohon, lalu saya ambil ke kiri. 

Sekitar lima puluh meter kemudian ketemu lagi persimpangan di ladang kacang buncis, kali ini saya ambil arah ke kanan.

Panorama gunung Singgalang dari jalur pendakian (Dokpri)
Panorama gunung Singgalang dari jalur pendakian (Dokpri)
Setelahnya, mulailah memasuki jalan menanjak yang diberi bambu bersusun. Belahan bambu kecil-kecil disusun satu per satu sedemikian rupa lalu dijepit dan dipaku ujungnya pakai bambu agar tidak bergeser.

Jalur bambu begini sampai mendekati air terjun. Sambil berjalan saya berpikir, betapa keras upaya Pokdarwis Aia Angek untuk membuat jalan begini. Pantas diapresiasi.

Ardoles Syarif, pengelola Posko Pokdarwis Marapi jalur Aia Angek, kepada saya menuturkan bahwa jalan diberi bambu demikian supaya tidak licin dan supaya memudahkan melansir bahan untuk kelak membuat bendungan di dekat air terjun.

Berjalan di atas bambu bersusun (Dokpri)
Berjalan di atas bambu bersusun (Dokpri)
Bendungan kecil di dekat air terjun tersebut akan difungsikan untuk para pendaki membersihkan diri seturun gunung, "Agar naik besih dan turun bersih juga," kata Ardoles.

Setelah melewati jalan bambu saya sampai di air terjun, istirahat sejenak sambil ngopi. Duduk di tepi sungai sambil ngopi dan mendengarkan orkestrasi suara air memberi efek relaksasi penyegar jiwa.

Di sini saya mengambil persediaan air sekitar 750 ml. Cukup untuk minum hingga ke taman edelweiss, tujuan terakhir tempat saya kemping kali ini.

Mengambil stok air di curug (Dokpri)
Mengambil stok air di curug (Dokpri)
Minum kopi di tepi sungai (Dokpri)
Minum kopi di tepi sungai (Dokpri)
Sehabis kopi saya melanjutkan perjalanan.Trekking sebenarnya dimulai setelah sungai ini. Jalur mulai lebih menanjak. Melewati hutan hujan lembah Aia Angek yang lembab.   

Dan benar saja. Baru beberapa langkah memasuki rimba, pacet mulai banyak merayap di kaki. Gaiter dan lotion anti nyamuk benar-benar berguna.

Jalur rimba nampak bersih dari batang melintang. Hanya saja daun-daun mati yang menutup jalur menjadi "jembatan" bagi pacet.

Pacet merayap di gaiter (Dokpri)
Pacet merayap di gaiter (Dokpri)
Punggungan tempat jalur Aia Angek bersebelahan dengan jalur Kotobaru/Batupalano hanya dipisahkan lembah. Karena itu suara pendaki dari jalur Kotobaru/Batupalano terdengar jelas dari sini.

Hutannya bagus dan asri sekali. Pohon pinus masih banyak ditemui di sekitar jalur hingga ketinggian sekitar 1700 mdpl. Setelah ketinggian 1800 mdpl hutan pinus mulai menghilang bersamaan pacet juga berkurang.

Ada satu pohon tumbang berukuran cukup besar menutupi jalur, sebelum pertemuan dengan jalur Batupalano. Untunglah bisa dilewati dengan memanjat rebahan dahan dan batang pohon tumbang tersebut.

Manjat rebahan pohon tumbang (Dokpri)
Manjat rebahan pohon tumbang (Dokpri)
Membuka jalur tertutup semak (Dokpri)
Membuka jalur tertutup semak (Dokpri)
Tak berapa lama setelahnya, atau persis mendekati pertemuan dengan jalur Batupalano, kembali jalur tertutup. Kali ini oleh semak-semak. Dengan golok jalur dapat kubersihkan.

Sekitar dua jam berjalan normal dari sungai tadi saya sudah sampai di persimpangan pertemuan jalur Batupalano. Istirahat sebentar di sini.

Tiba puncak Abel

Perjalanan dilanjutkan, jalur nampak sepi. Jarang sekali berpapasan dengan pendaki lain baik pendaki mau turun atau naik. Hari Jumat begini memang biasanya sepi.

Tak berapa lama atau beberapa ratus meter setelah pertemuan jalur tadi, saya sampai di area bernama "Cadas", artinya, tak lama lagi sampai di puncak tugu Abel.

Sampai di Tugu Abel (Dokpri)
Sampai di Tugu Abel (Dokpri)
Penampakan Tugu Abel (Dokpri)
Penampakan Tugu Abel (Dokpri)
Cadas merupakan area mendekati puncak yang diwarnai batu-batu cadas khas gunung berapi. 30-60 menit mendaki melewati batu-batu cadas ini hingga sampai puncak Abel. Cuaca mulai berkabut tipis.

Sesampai di tugu Abel kabut tipis masih menutupi area sekitar puncak. Kebetulan di sini tidak ada pendaki lain. Tanpa istirahat perjalanan saya lanjutkan ke puncak Merpati. Estimasi sekitar 30 menit berjalan normal.

Tiap perjalanan dari tugu Abel ke puncak Merpati selalu penuh kesan. Puncak gunung serasa permukaan planet Mars. Penuh kerikil dan pasir berwarna kecoklatan.

Menuju puncak Merpati (Dokpri)
Menuju puncak Merpati (Dokpri)
Dari sini pemandangan sekitar terbentang luas. Di arah barat nampak duo gunung Singgalang-Tandikat yang dekat bersisian. 

Di arah selatan nampak panorama danau Maninjau, Tanah Datar, dan Padang Panjang.

Di utara nampak panorma kota Bukittinggi. Lebih jauh lagi nampak menyembul gunung Talamau 2.982 mdpl, gunung tertinggi yang sepenuhnya masuk wilayah Sumatera Barat. Benar-benar permai! Sayang kali ini nampak samar karena kabut.

Area sekitar puncak Abel hingga "lapangan bola", yakni sebuah tempat di puncak yang mirip lapangan bola yang datar dan cukup luas, biasa dijadikan pendaki sebagai tempat berkemah. Tak terkecuali kali ini. Ada beberapa tenda yang sudah nampak berdiri di sekitar sini.

Puncak gunung rasa planet Mars (Dokpri)
Puncak gunung rasa planet Mars (Dokpri)
Saya istirahat sebentar di tengah perjalanan menuju puncak Merpati. Minum sekalian menghabiskan stok air biar beban perjalanan lebih ringan. Toh tak jauh lagi sampai ke Taman Edelweiss di mana ada sumber air.

Sambil istirahat dan saat berjalan saya memandang panorama sekitar dengan takjub. Di sekeliling seperti planet Mars. Nun di kejauhan, ke arah bawah, terbentang pemandangan biru di mana-mana. Gunung dan bukit berlapis-lapis.

Sampai di puncak Merpati

Puncak merpati ternyata sepi kali ini, tidak ada pendaki lain. Saya leluasa mengambil gambar dan video. Saat ramai, pendaki harus antri untuk menikmati puncak Merpati, karena area puncak yang kecil saja, paling hanya sekitar sepuluh meter persegi.

Dari puncak Merpati paling jelas terlihat pemandangan seluruh area puncak gunung Marapi. Ada kawah yang besar menganga. Dan ada dua kawah lagi lebih kecil di arah timur.

Puncak Merpati 2774 mdpl (Dokpri)
Puncak Merpati 2774 mdpl (Dokpri)
Berdiri di puncak Merpati menghadap ke arah selatan nampak terbentang panorma danau Singkarak, Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang. Biru permai!

Hanya saja angin cukup kencang di puncak Merpati. Tidak kuat terlalu lama, apalagi ketika tenaga sudah terkuras nyaris habis selama pendakian tadi. Angin dingin siang menjelang sore terasa mulai menusuk tulang.

Sehabis mengabadikan susana dengan foto dan video, saya bergegas turun ke arah timur. Lalu berbelok ke selatan, menuju Taman Edelweiss.

Tenda dengan latar puncak Merpati (Dokpri)
Tenda dengan latar puncak Merpati (Dokpri)
Mendekati taman, nampak beberapa pendaki di belakang saya juga sedang menuju kemari, mungkin untuk mengambil air. Saya terus berjalan gegas, takut kehujanan.

Sesampai di Taman Edelweiss saya segera menemukan tempat mendirikan tenda yang cocok. Persis menghadap ke arah danau Singkarak di kejauhan arah selatan. Di sebelah barat menjulang puncak Merpati yang saya lewati tadi.

Tak lama seberdiri tenda senja mulai datang merayap. Angin gunung berhembus dingin. Langit berawan membentuk lukisan senja yang pucat. Hawa mau hujan mulai terasa.

Di tenda jelang malam (Dokpri)
Di tenda jelang malam (Dokpri)
Lepas magrib hujan mulai turun. Tidak begitu teras tapi konsisten hingga pagi. Praktis sepanjang malam saya hanya berkutat di dalam tenda. 

Saat malam cerah saya biasa keluyuran sekitar tenda berjam-jam sebelum akhirnya pergi tidur di dalam tenda.

Pagi pun tiba, saya segera masak untuk sarapan. Selepas sarapan langsung bongkar tenda dan packing.

Rencana turun pagi ini juga agar sekalian punya waktu leluasa melakukan eksplorasi area puncak dan kawah sebelah timur dan utara.

Panduan Rute Menuju Posko

Bila Anda dari Arah Padang atau dari arah Bukittinggi, tak berapa lama sesampai di Nagari Aia Angek, akan sampai di pengkolan dengan jembatan rel kereta api (sebelah kanan jalan bila dari arah Padang), masuk lewat jalan kecil di bawah jembatan rel kreta api tersebut.

Sampai di Aia Angek akan ketemu pengkolan, dari arah Padang belok ke kanan lewat bawah rel kreta api itu (Dokpri)
Sampai di Aia Angek akan ketemu pengkolan, dari arah Padang belok ke kanan lewat bawah rel kreta api itu (Dokpri)

Kemudian tak berapa lama melewati bawah jembatan rel kereta api ini, Anda akan ketemu simpang dua, ambil arah ke kiri, ke arah atas. Jangan ambil lurus.

Simpang ke-1 setelah lewat jalan di bawah jembatan rel kereta api, ambil ke arah kiri (Dokpri)
Simpang ke-1 setelah lewat jalan di bawah jembatan rel kereta api, ambil ke arah kiri (Dokpri)
Kemudian Anda akan ketemu persimpangan dua seperti penampakan di bawah ini, ambil ke kiri, ke arah atas.

Ketemu simpang ke-2 ini, ambil ke kiri ke arah atas (Dokpri)
Ketemu simpang ke-2 ini, ambil ke kiri ke arah atas (Dokpri)
Tak lama kemudian Anda akan bertemu simpang dua dengan arah kiri jalan terbuat dari beton, ambil ke arah kiri jalan beton (Dokpri)

Ketemu simpang ke-3 ini ambil ke arah kiri lewat jalan beton (Dokpri)
Ketemu simpang ke-3 ini ambil ke arah kiri lewat jalan beton (Dokpri)
Sampai di simpang ini silakan Anda ambil ke kiri lewat jalan setapak dari tanah, ikuti rambu tanda panah warna kuning untuk menuju posko lapor jalur Aia Angek, dari sini posko sudah nampak.

Ambil ke kiri lewat jalan tanah setapak, ikuti rambu tanda panah warna kuning kecil (Dokpri)
Ambil ke kiri lewat jalan tanah setapak, ikuti rambu tanda panah warna kuning kecil (Dokpri)
Contact person posko gunung Marapi jalur Aia Angek: +62 882-7901-1462 (WA/Uncu)

Berikut ini video dokumentasi perjalanan saya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun