Di sini saya mengambil persediaan air sekitar 750 ml. Cukup untuk minum hingga ke taman edelweiss, tujuan terakhir tempat saya kemping kali ini.
![Mengambil stok air di curug (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/28/ambil-air-di-air-terjun-60d9590015251067e07060b2.jpg?t=o&v=555)
![Minum kopi di tepi sungai (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/28/minum-kopi-di-tepi-sungai-60d959401525106fb1420b62.jpg?t=o&v=555)
Dan benar saja. Baru beberapa langkah memasuki rimba, pacet mulai banyak merayap di kaki. Gaiter dan lotion anti nyamuk benar-benar berguna.
Jalur rimba nampak bersih dari batang melintang. Hanya saja daun-daun mati yang menutup jalur menjadi "jembatan" bagi pacet.
![Pacet merayap di gaiter (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/28/pacet-di-gaiter-60d9599106310e47dc3f4612.jpg?t=o&v=555)
Hutannya bagus dan asri sekali. Pohon pinus masih banyak ditemui di sekitar jalur hingga ketinggian sekitar 1700 mdpl. Setelah ketinggian 1800 mdpl hutan pinus mulai menghilang bersamaan pacet juga berkurang.
Ada satu pohon tumbang berukuran cukup besar menutupi jalur, sebelum pertemuan dengan jalur Batupalano. Untunglah bisa dilewati dengan memanjat rebahan dahan dan batang pohon tumbang tersebut.
![Manjat rebahan pohon tumbang (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/28/manjat-pohon-tumbang-60d959a915251074ba58a6e5.jpg?t=o&v=555)
![Membuka jalur tertutup semak (Dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/28/membuka-jalur-tertutup-semak-60d959f6152510085a69ca03.jpg?t=o&v=555)
Sekitar dua jam berjalan normal dari sungai tadi saya sudah sampai di persimpangan pertemuan jalur Batupalano. Istirahat sebentar di sini.
Tiba puncak Abel
Perjalanan dilanjutkan, jalur nampak sepi. Jarang sekali berpapasan dengan pendaki lain baik pendaki mau turun atau naik. Hari Jumat begini memang biasanya sepi.