Sesaat setelah tenda berdiri, saya segera ke sumber air di kanan pos. Kerongkongan terasa kering dan haus sekali. Karena stok air sudah habis sebelum sampai pos ini.
Di sumber air saya segera minum dengan kalap. Dan ketika sedang asyik mengisi air ke dalam jerigen lipat sambil menikmati suara gemericik air, tiba-tiba terdengar sapaan seorang pendaki di lereng tebing ke sumber air. Ternyata ada rombongan pendaki dari UIN tiba di pos Rindu Alam.
Seturun mahasiswa UIN, suasana pos Rindu Alam kembali lengang. Tak berapa lama magrib pun tiba. Segera saya memasak nasi. Sedangkan lauk-jadi sudah disiapkan bawa dari rumah. Semasak nasi, langsung makan enak dan lahap dengan lauk dendeng dan rebus sayuran.
Makan nasi dengan lauk daging adalah cara pas ala saya untuk melawan hawa dingin di gunung. Saat tidur malam tidak terlalu terasa dingin. Kalori nasi dan protein serta serat daging ampuh membuat badan hangat dan nyaman.
Pukul 20.30 saya sudah merebahkan diri di atas kasur tiup yang empuk dan nyaman. Dengan bantal tiup yang juga empuk dan nyaman. Di luar tenda sura cicit binatang mewarnai malam jadi pengantar ke alam mimpi yang indah.
Pukul 05.00 saya sudah bangun. Sekali lagi menyiapkan masak nasi. Dengan lauk tetap dendeng balado dan rebusan sayuran hijau. Makanan penutup (tepatnya minuman penutup) berupa susu murni yang dipanaskan dicampur kuning telor ayam kampung dan madu murni.
Ya, begitulah kira-kira rutinitas sarapan pagi ala saya saat trekking di gunung manapun. Setelah minuman penutup tadi, biasanya saya minum vitamin B-Complex+B12 agar produksi tenaga dalam tubuh benar-benar optimal.
Setelah membongkar tenda, pukul 7.30 saya melanjutkan perjalanan menuju pos Bumi Sarasah di ketinggian 1.860 mdpl. Estimasi normal butuh waktu 2,5-3 jam.
Pendakian sebenarnya baru dimulai sekarang. Karena karakter jalur dari pos Rindu Alam menuju pos Bumi Sarasah sudah mulai menanjak moderat, melewati akar-akar pohon, dan hutan hujan yang sejuk menawan. Perjalanan yang cukup lama dan melelahkan tentunya.