Atur ritme berjalan dengan pelan-pelan saja, jangan terlalu cepat atau grasa-grusu. Namanya anak-anak masih dalam dunia bermain, usahakan berjalan sambil bermain. Tidak pasang target harus sampai jam sekian layaknya pendaki orang dewasa. Jika merasa letih istirahat. Jika ngantuk, tidurkan sebentar.
Saat berjalan, anak-anak bisa dilatih mengatur teknik pernafasan yang benar agar tubuh lebih bertenaga dan nafas tidak sesak, dengan rumus tiga kali melangkah satu kali bernafas. Tarik nafas lewat hidung, tahan sebentar di bawah dada (diafragma) atau perut, lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Demikian seterusnya.
Namanya dunia anak-anak, kadangkala riang gembira, di lain waktu tiba-tiba ngambek. Di sinilah peran orang tua atau pendamping menciptakan suasana pendakian yang menyenangkan. Pendakian santai sambil bermain.
Jika emosi anak-anak tiba-tiba berubah labil sangat mungkin karena kecapekan. Istirahatlah. Berceritalah kisah-kisah ringan dan lucu. Bermain teka-teki. Sambil ngemil makanan ringan. Musik dapat pula diputar melalui perangkat elektronik, tapi pastikan hanya terdengar untuk kelompok saja (tidak keras).
Anak-anak suka cerita-cerita imajinasi seperti dongeng khas dunia anak. Banyak sekali bahan di hutan yang bisa dibangun menjadi cerita imajinasi yang lucu. Anak riang, perjalanan menyenangkan.
Sebaliknya, jangan mendaki gunung tanpa persiapan, sebab lalai dan menempatkan anak-anak ke dalam situasi bahaya yang berakibat anak celaka, maka orang tua dapat diseret ke proses hukum perlindungan anak.(*)
SUTOMO PAGUCI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H