Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Enam Tips Aman Menyenangkan Mendaki Gunung Bersama Anak

15 Januari 2018   15:08 Diperbarui: 15 Januari 2018   22:43 1914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak menikmati suasana puncak gunung Talang (Dokumentasi Pribadi)

Mungkin banyak kekawatiran Ayah dan Bunda membawa si kecil berpetualang ke tempat-tempat ekstrem, seperti mendaki gunung, apakah aman? Suhu di gunung kan dingin sekali. Bagaimana andai jatuh?

Berdasarkan pengalaman penulis membawa anak berpetualangan mendaki gunung, anak kecil ternyata punya fisik yang tak kalah tangguh dibandingkan orang dewasa, hanya saja akalnya belum berkembang sempurna, sehingga butuh pendampingan orang dewasa.

Penulis punya tiga orang anak, masing-masing berumur 13 tahun, 9 tahun dan 5 tahun. Ketiganya sudah pernah penulis bawa mendaki gunung, kadang kala sampai ke puncak, lain waktu hanya sampai di basecamp atau pertengahan jalan. Syukurlah sejauh ini aman-aman saja.

Banyak sekali hal positif yang dapat anak-anak pelajari dalam petualangan di tempat-tempat ekstrem semisal gunung, seperti melatih kebugaran fisik, melatih naluri bertahan hidup, koordinasi gerak, kerjasama dan saling menghargai, mengenal aneka tumbuh-tumbuhan dan binatang di hutan, mengendalikan emosi, dan banyak lagi.

Merayap di tanjakan menuju puncak (dokpri)
Merayap di tanjakan menuju puncak (dokpri)
Tentu saja rekreasi dan petualangan alam demikian akan lebih baik bila atas keinginan anak sendiri, bukan karena dorongan atau paksaan dari orang tua. Peran orang tua cukup memfasilitasi dan memberi pendampingan.

Berikut ini tips dan trik bagaimana cara aman dan menyenangkan membawa anak-anak berpetulang mendaki gunung di daerah tropis seperti Indonesia, berdasarkan pengalaman langsung penulis dan anak-anak.

1. Peralatan pendakian

Pada dasarnya sama dengan peralatan pendakian untuk orang dewasa, seperti tenda, jaket, mantel hujan, sepatu treking, gaiter jika medan berlumpur atau berpacat, tongkat, obat-obatan P3K, dan lainnya sesuai kebutuhan. Pastikan semuanya lengkap dan terpakai tepat guna.

Untuk mengatasi suhu dingin terutama di malam hari, anak-anak bisa dipakaikan syal di leher; buff untuk menutupi kepala, leher dan telinga; jaket anti angin dan anti air; kaos kaki tidur; dan kantong tidur (sleeping bag).

Sedangkan untuk mengatasi sengatan matahari di siang hari, pakaikan topi, tabir surya untuk kulit, dan pelembab bibir agar bibir si kecil tidak pecah-pecah. (Sebenarnya pendaki dewasa pun baik sekali melakukan hal yang sama).

Gunakan peralatan tepat buat anak (dokpri)
Gunakan peralatan tepat buat anak (dokpri)
2. Pengetahuan dasar

Setelah peralatan pendakian lengkap, anak-anak sebaiknya diberi pengetahuan dasar untuk patokan standar dalam bertindak dan berprilaku di gunung, seperti fungsi tenda, cara mengatasi hawa dingin, hipotermia dan pencegahannya, cara berjalan yang benar, dan seterusnya.

Dapat pula diperkenalkan prinsip sangat terkenal dalam dunia pendakian gunung: Take nothing but picture, leave nothing but footprint, Kill nothing but time (Tidak mengambil sesuatu kecuali foto, tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki, tidak membunuh sesuatu kecuali waktu)

Anak-anak dapat pula dibimbing cara mengelola sampah, khususnya sampah anorganik yang diproduksi selama pendakian, bagaimana cara mengumpulkannya, ditarok di mana, lalu dibawa turun kembali.

Di gunung pula kesempatan baik untuk melatih anak bagaimana cara memasak yang efisien, penggunaan air yang benar, dan cara makan yang benar agar nutrisi sari makanan terserap maksimal oleh tubuh.

Bekali anak dengan pengetahuan dasar (dokpri)
Bekali anak dengan pengetahuan dasar (dokpri)
3. Logistik anak

Anak-anak biasanya lebih cepat lapar dibandingkan orang dewasa, apalagi dalam cuaca dingin dan tenaga fisik yang terkuras. Selain makan tiga kali sehari, pastikan anak-anak cukup cemilan selama pendakian.

Di luar jadwal makan berat, dalam interval waktu tertentu, berilah anak-anak makanan ringan, seperti roti, madu, permen dan lainnya untuk menjaga suplai kalori tubuhnya tetap terjaga, ini agar tenaga selalu terisi dan anak-anak tidak terlalu keletihan.

4. Aklimatisasi

Andai anak-anak dalam kesehariannya tinggal di dataran rendah, akan lebih baik jika dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian fisiologis si kecil agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di gunung yang lebih dingin dengan kadar oksigen yang lebih tipis.

Bila si anak langsung diajak mendaki gunung pada hari yang sama, tanpa aklimatisasi, maka potensi anak terkena penyakit gunung akan cukup besar, seperti kepala pusing, sesak nafas, telinga berdengung dan lainnya.

Aklimatisasi sederhana dapat dilakukan, misalnya, ajak anak ngekem semalam di basecamp, keesokan harinya barulah pendakian dimulai.

Mendaki santai sambil bermain (dokpri)
Mendaki santai sambil bermain (dokpri)
5. Ritme berjalan

Atur ritme berjalan dengan pelan-pelan saja, jangan terlalu cepat atau grasa-grusu. Namanya anak-anak masih dalam dunia bermain, usahakan berjalan sambil bermain. Tidak pasang target harus sampai jam sekian layaknya pendaki orang dewasa. Jika merasa letih istirahat. Jika ngantuk, tidurkan sebentar.

Saat berjalan, anak-anak bisa dilatih mengatur teknik pernafasan yang benar agar tubuh lebih bertenaga dan nafas tidak sesak, dengan rumus tiga kali melangkah satu kali bernafas. Tarik nafas lewat hidung, tahan sebentar di bawah dada (diafragma) atau perut, lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Demikian seterusnya.

Atur ritme berjalan, santai sambil bermain (dokpri)
Atur ritme berjalan, santai sambil bermain (dokpri)
6. Membangun suasana

Namanya dunia anak-anak, kadangkala riang gembira, di lain waktu tiba-tiba ngambek. Di sinilah peran orang tua atau pendamping menciptakan suasana pendakian yang menyenangkan. Pendakian santai sambil bermain.

Jika emosi anak-anak tiba-tiba berubah labil sangat mungkin karena kecapekan. Istirahatlah. Berceritalah kisah-kisah ringan dan lucu. Bermain teka-teki. Sambil ngemil makanan ringan. Musik dapat pula diputar melalui perangkat elektronik, tapi pastikan hanya terdengar untuk kelompok saja (tidak keras).

Anak-anak suka cerita-cerita imajinasi seperti dongeng khas dunia anak. Banyak sekali bahan di hutan yang bisa dibangun menjadi cerita imajinasi yang lucu. Anak riang, perjalanan menyenangkan.

Kami menyebutnya nenek talang, jika disentuh akan ketawa seperti mak lampir (dokpri)
Kami menyebutnya nenek talang, jika disentuh akan ketawa seperti mak lampir (dokpri)
Demikianlah enam tips aman dan menyenangkan untuk anak-anak mendaki gunung. Dengannya jangan takut membawa anak berpetulang ke tempat-tempat ekstrem, karena fisik anak tidak selemah yang mungkin dibayangkan.

Sebaliknya, jangan mendaki gunung tanpa persiapan, sebab lalai dan menempatkan anak-anak ke dalam situasi bahaya yang berakibat anak celaka, maka orang tua dapat diseret ke proses hukum perlindungan anak.(*)

SUTOMO PAGUCI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun