Setelah peralatan pendakian lengkap, anak-anak sebaiknya diberi pengetahuan dasar untuk patokan standar dalam bertindak dan berprilaku di gunung, seperti fungsi tenda, cara mengatasi hawa dingin, hipotermia dan pencegahannya, cara berjalan yang benar, dan seterusnya.
Dapat pula diperkenalkan prinsip sangat terkenal dalam dunia pendakian gunung: Take nothing but picture, leave nothing but footprint, Kill nothing but time (Tidak mengambil sesuatu kecuali foto, tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak kaki, tidak membunuh sesuatu kecuali waktu)
Anak-anak dapat pula dibimbing cara mengelola sampah, khususnya sampah anorganik yang diproduksi selama pendakian, bagaimana cara mengumpulkannya, ditarok di mana, lalu dibawa turun kembali.
Di gunung pula kesempatan baik untuk melatih anak bagaimana cara memasak yang efisien, penggunaan air yang benar, dan cara makan yang benar agar nutrisi sari makanan terserap maksimal oleh tubuh.
Anak-anak biasanya lebih cepat lapar dibandingkan orang dewasa, apalagi dalam cuaca dingin dan tenaga fisik yang terkuras. Selain makan tiga kali sehari, pastikan anak-anak cukup cemilan selama pendakian.
Di luar jadwal makan berat, dalam interval waktu tertentu, berilah anak-anak makanan ringan, seperti roti, madu, permen dan lainnya untuk menjaga suplai kalori tubuhnya tetap terjaga, ini agar tenaga selalu terisi dan anak-anak tidak terlalu keletihan.
4. Aklimatisasi
Andai anak-anak dalam kesehariannya tinggal di dataran rendah, akan lebih baik jika dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian fisiologis si kecil agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di gunung yang lebih dingin dengan kadar oksigen yang lebih tipis.
Bila si anak langsung diajak mendaki gunung pada hari yang sama, tanpa aklimatisasi, maka potensi anak terkena penyakit gunung akan cukup besar, seperti kepala pusing, sesak nafas, telinga berdengung dan lainnya.
Aklimatisasi sederhana dapat dilakukan, misalnya, ajak anak ngekem semalam di basecamp, keesokan harinya barulah pendakian dimulai.