Wali Kota Fauzi Bahar sepuluh tahun menjabat dan gagal membenahi pasar terbesar di Sumatera Barat ini. Mahyeldi, mantan wakil Fauzi, yang kini menjadi Wali Kota Padang, juga telah sepuluh tahun berkuasa (lima tahun sebagai wakil dan lima tahun lagi sebagai wali kota), juga gagal membenahi Pasar Raya.
Setelah gempa besar melanda Padang September 2009 lalu, sebagian gedung Pasar Raya hancur. Sebagian pedagang kehilangan tempat berjualan. Bahu jalan, yang sejak saisuk, jauh sebelum gempa, sebenarnya telah dijadikan tempat berjualan pedagang kaki lima, sekarang makin padat oleh pedagang entah korban gempa atau apa.
Ada ribuan pedagang di Pasar Raya Padang. Ratusan atau mungkin ribuan pedagang diantaranya mengokupasi trotoar, gang-gang dan bahu jalan. Berjejalan tak beraturan, tak karu-karuan.
Pascagempa 2009 praktis sudah dua orang wali kota tak mampu membenahi Pasar Raya Padang. Tahun 2018, sebentar lagi, kota ini akan kembali memilih wali kotanya. Siapa saja calon yang punya program konkret benahi Pasar Raya Padang dalam waktu tak lebih lima tahun, akan saya pilih, kata saya membatin.
Sementara itu, lagu "Kota" dari Iwan Fals mengalirkan gejolak dari arah speaker mobil, menemaniku berpikir menunggu istri selesai berbelanja, hmm kok lama sekali ya.
"Kota adalah rimba belantara buas dari yang terbuas. Setiap jengkal lorong dan percik darah, darah dari iri, darah dari benci, bahkan darah dari sesuatu yang tak pasti."
Akankah Pasar Raya terus kusut masai seperti ini? Semoga para politisi yang akan berebut kuasa di kota ini mampu menjawabnya dengan program konkret, terukur dan bisa diterapkan.(*)
SUTOMO PAGUCI