Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Siapa Mampu Benahi Pasar Raya Padang?

5 Januari 2018   09:13 Diperbarui: 8 Januari 2018   10:35 2731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wali Kota Fauzi Bahar sepuluh tahun menjabat dan gagal membenahi pasar terbesar di Sumatera Barat ini. Mahyeldi, mantan wakil Fauzi, yang kini menjadi Wali Kota Padang, juga telah sepuluh tahun berkuasa (lima tahun sebagai wakil dan lima tahun lagi sebagai wali kota), juga gagal membenahi Pasar Raya.

Setelah gempa besar melanda Padang September 2009 lalu, sebagian gedung Pasar Raya hancur. Sebagian pedagang kehilangan tempat berjualan. Bahu jalan, yang sejak saisuk, jauh sebelum gempa, sebenarnya telah dijadikan tempat berjualan pedagang kaki lima, sekarang makin padat oleh pedagang entah korban gempa atau apa.

Ada ribuan pedagang di Pasar Raya Padang. Ratusan atau mungkin ribuan pedagang diantaranya mengokupasi trotoar, gang-gang dan bahu jalan. Berjejalan tak beraturan, tak karu-karuan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Mereka bukan sembarang pedagang kaki lima, tapi pedagang kaki lima militan, yang rela berjuang mempertahankan lapaknya sampai titik darah penghabisan, bila periuk nasinya terancam oleh kebijakan penguasa kota. Beberapa diantara emak-emak itu, seperti kejadian lalu, tak segan buka sarung dan perlihatkan kutang bila lapaknya diganggu gugat. Pelik memang.

Pascagempa 2009 praktis sudah dua orang wali kota tak mampu membenahi Pasar Raya Padang. Tahun 2018, sebentar lagi, kota ini akan kembali memilih wali kotanya. Siapa saja calon yang punya program konkret benahi Pasar Raya Padang dalam waktu tak lebih lima tahun, akan saya pilih, kata saya membatin.

Sementara itu, lagu "Kota" dari Iwan Fals mengalirkan gejolak dari arah speaker mobil, menemaniku berpikir menunggu istri selesai berbelanja, hmm kok lama sekali ya.

"Kota adalah rimba belantara buas dari yang terbuas. Setiap jengkal lorong dan percik darah, darah dari iri, darah dari benci, bahkan darah dari sesuatu yang tak pasti."

Akankah Pasar Raya terus kusut masai seperti ini? Semoga para politisi yang akan berebut kuasa di kota ini mampu menjawabnya dengan program konkret, terukur dan bisa diterapkan.(*)

SUTOMO PAGUCI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun