Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Seandainya Gunung Bisa Menangis

25 Desember 2017   15:05 Diperbarui: 13 Juli 2021   21:00 1970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan sampah di tepi Danau Gunung Tujuh (Dok Pri)

4. Bersikap Sadis pada Pendaki Alay Kadang Diperlukan

Ilustrasi pendaki alay (sumber: meme lucu pendaki gunung/pinterest.com)
Ilustrasi pendaki alay (sumber: meme lucu pendaki gunung/pinterest.com)

Banyak kemungkinan pendekatan terhadap pendaki alay, bisa persuasif, membujuk, menyentuh hati dan logikanya, atau membiarkannya menemukan makna seiring waktu. Atau, bisa juga dengan cara-cara "sadis", terutama bila berangkat dari kebebalan, bukan karena keluguan atau murni ketidaktahuan.

"Pendaki Alay" adalah istilah di kalangan pendaki gunung untuk mengambarkan salah satu atau gabungan ciri pendaki yang hanya ikut-ikutan, korban film, mendaki tak aman, suka mencuri edelweiss, gemar nyampah sembarangan, coret bendera negara, pokoknya stereotipe yang buruk-buruk. Umumnya pendaki berusia anak baru gede (ABG), tapi bisa saja pendaki dewasa.

Terus bertoleransi, menuruti alur dan kemauan mereka tentu saja dunia pendakian bakal kacau. Mencegah kelakuan alay dalam dunia pendakian gunung diyakini akan mengurangi dampak buruk perbuatan mereka. Sanksi sosial yang dapat dikenakan bisa macam-macam, dari persuasif sampai "sadis". Berikut ini apa yang dapat dilakukan terhadap pendaki alay.

Selengkapnya.

5. Revolusi Mental Hingga ke Gunung

Perlu revolusi mental untuk kelestarian alam gunung (Dok Pri)
Perlu revolusi mental untuk kelestarian alam gunung (Dok Pri)

Di sinilah urgensi revolusi mental hingga ke gunung, merevolusi mental para pendaki, dari mental suka nyampah sembarangan diubah jadi suka bawa turun sampah; dari mental maling edelweiis diubah jadi mental penyelamat edelweiss; dari mental apatis diubah menjadi peduli dan proaktif; dan seterusnya

Ini sangat mendesak. Pasalnya, hampir semua gunung tercemar sampah, sebagian sumber airnya tercemar tinja manusia, maraknya pencurian edelweiss, dan kerusakan lingkungan akibat penumpukan manusia di satu tempat.

Tahun 1990-an taman edelweiss gunung Marapi, Tanah Datar, Sumatera Barat, masih sangat luas, lebat dan subur. Namun maraknya pencurian edelweiss membuat taman ini terancam punah. Februari 2017 lalu penulis menyaksikan penyusutan jumlah edelweiss yang sangat mengawatirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun