Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebagaimana dikutip dari tvOne, Senin (27/11/2017), menyatakan cuaca ekstrim berupa hujan lebat dan badai akan merata di Indonesia hingga 28 November 2017, bahkan berpotensi terus berlanjut hingga awal Desember 2017.
Mendaki gunung saat cuaca hujan lebat dan badai meningkatkan potensi bahaya serius akibat serangan dingin (hipotermia), keram, tanah longsor dan pohon tumbang. Bagaimana sebaiknya?
Dikabarkan, Senin (27/11/2017) kemaren, seorang pendaki asal Surabaya bernama Amelia tewas akibat tertimpa pohon tumbang di hutan Ayemoto, saat turun gunung Binaiya, Maluku.
Banyak lagi kejadian serupa. Tanggal 3 Januari 2017 lalu, juga saat cuaca hujan badai, seorang pendaki bernama Andrisa Saputera asal Sungai Penuh, Kerinci, tertimpa dahan pohon di dalam tenda sekitar Pos R10 Gunung Kerinci. Setahun sebelumnya, seorang pendaki juga tertimpa pohon tumbang di Gunung Tujuh, Kerinci, Jambi.
Berbeda halnya dengan serangan hipotermia, lebih dapat diantisipasi dan dikontrol, antara lain dengan disiplin makan dan memastikan tubuh tetap kering dengan memakai mantel hujan atau payung.
Lantas, bagaimana baiknya, andai tetap juga kepengen mendaki gunung di saat cuaca ekstrim begini. Sangat disarankan untuk menunda pendakian, alam sulit dilawan.
Kedua, pastikan badan tetap kering untuk menghindari serangan hipotermia. Jangan biarkan badan basah, sebab badan basah di gunung dan di dataran rendah sangat berbeda dampaknya bagi tubuh.
Ketiga, sedapat mungkin hindari mendaki gunung dengan trek melalui rimba berpohon besar dan tinggi, seperti gunung Kerinci, Singgalang, gunung Tujuh, Binaiya, Tandikat, Leuser, dll. Bahaya sekali.
Keempat, pasang telinga dan selalu waspada pohon tumbang atau dahan jatuh. Hindari berkemah di bawah pohon atau dalam jangkauan pohon andai tumbang.
Penulis sendiri sudah lebih sebulan istirahat mendaki khususnya saat cuaca ekstrim begini. Lebih baik tidak melawan ganasnya alam.(*)
SUTOMO PAGUCI