Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ketika Saya Berusaha agar Tak Dimangsa Harimau di Hutan

9 Oktober 2017   17:11 Diperbarui: 4 Mei 2021   17:28 6570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetap waspada saat tidur dalam tenda (Dokpri)

Mengetahui sifat tabiat harimau saat memburu mangsanya sangat menentukan bagaimana cara menghindari dimangsa harimau saat berkegiatan alam bebas di rimba atau gunung khususnya di habitat harimau.

Menurut ahli harimau dari berbagai sumber, harimau secara alami akan memburu mangsanya dalam suatu rantai makanan di alam dan manusia tidak termasuk dalam rantai makanan alami bagi harimau. Jadi tak perlulah ketakutan berlebihan.

Gunung Kerinci adalah habitat harimau Sumatera (Dokpri)
Gunung Kerinci adalah habitat harimau Sumatera (Dokpri)
Pengecualian, jika harimau dalam keadaan terancam manusia, habitatnya rusak, atau sedang sakit. Dalam keadaan begini bisa saja manusia jadi mangsa harimau. Tapi ini sangat jarang kejadian, malah lebih banyak harimau jadi korban perburuan manusia.

Sebagaimana sifat harimau saat memangsa buruannya dalam rantai makanan, harimau hanya akan memangsa buruan yang nampak lemah, lengah atau tua.

Salah satu titik lemah mangsa, termasuk manusia, ada pada bagian belakang.

Karena itu, harimau cenderung menerkam dari arah belakang mangsa. Tapi tidak selalu demikian. Pasalnya, harimau biasa mempelajari dulu pergerakan calon mangsanya, bisa saja dalam beberapa hari baru ketemu titik lemah.

Daerah jelajah harimau sampai ketinggian sekitar 2000 mdpl (Dokpri)
Daerah jelajah harimau sampai ketinggian sekitar 2000 mdpl (Dokpri)
Pernah kejadian petani karet diterkam harimau saat sedang jongkok menyadap karet. Nampaknya, pola pergerakan petani tersebut sudah dipelajari harimau beberapa waktu sebelum ia beraksi.

Kekuatan utama harimau ada pada gigi, kuku cakaran, bulu tebal, dan tenaga yang kuat. Hampir mustahil manusia bisa melawan pakai tangan kosong.

Berdasarkan pola tabiat harimau memangsa buruannya tersebut, ada beberapa ikhtiar praktis dan mudah bagi pencinta kegiatan alam bebas di rimba agar tak dimangsa harimau. Khususnya saat berjalan sendirian di rimba habitat harimau.

Yang telah penulis praktikan sejak lama, di hutan Sumatera yang merupakan habitat harimau Sumatera, adalah memakai topeng yang diletakkan di belakang kepala. Ini untuk mengecoh harimau, seolah bagian belakang jadi depan.

Topeng untuk kamuflase (Dokpri)
Topeng untuk kamuflase (Dokpri)
Karena sering berpetualang sendirian di rimba belantara Sumatera, penulis hampir selalu memakai topeng di belakang kepala atau dicantelkan di belakang tas carrier.

Tapi itu belum cukup. Penulis juga melengkapi diri dengan pedang atau senjata tajam lainnya. Bukan dimaksudkan untuk mencelakai, tapi untuk menghadirkan rasa aman yang berefek kepercayaan diri. Kepercayaan diri akan mengeluarkan aura energi kuat untuk menakuti harimau.

Saat terdesak, senjata tajam (atau bisa juga kayu panjang) dirasa cukup untuk menakuti harimau. Senjata tajam hanya digunakan sebatas untuk membela diri.

Di belakang pakai topeng, di depan terselip pedang (Dokpri)
Di belakang pakai topeng, di depan terselip pedang (Dokpri)
Andai semua upaya tersebut dirasa belum cukup menghadirkan kepercayaan diri, siapa tahu berhadapan dengan harimau, maka mundur perlahan adalah pilihan bijaksana.

Mundur pelan-pelan, bukan balik badan lalu berlari. Berlari akan mengecoh harimau mengira manusia yang lari tersebut adalah mangsanya.

Ikhtiar di atas berkerja saat manusia dalam keadaan sadar. Bagaimana kalau saat tidur? Misalnya, terpaksa bermalam di tengah rimba belantara habitat harimau.

Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, sangat jarang terjadi harimau memangsa manusia yang sedang tidur. Tetapi waspada adalah penting. Tidur di tenda gantung pada pohon atau hammock bisa jadi pilihan.

Jika tak memungkinkan, tidur saja dalam tenda di atas tanah. Namun dengan tetap waspada.

Tetap waspada saat tidur dalam tenda (Dokpri)
Tetap waspada saat tidur dalam tenda (Dokpri)
Di alam bebas, saat tidur, sisakan setidaknya satu indera dari lima indera, agar tidak sepenuhnya ikutan tertidur. Buat semacam "program" di otak agar indera pendengaran tidak tertidur pulas, umpama kita buat program di otak agar terbangun pukul lima pagi.

Lebih bagus lagi jika indera penciuman dan pendengaran tidak ikutan tertidur pulas, sisakan sedikit buat jaga-jaga. Ini butuh latihan dan pembiasaan memang, tapi berdasarkan pengalaman penulis ini lebih ke kerja otak sebenarnya.

Bau afek harimau biasanya cukup kuat untuk dicium dari jarak sekian meter. Begitupun gerakan halus tak biasa dapat didengar telinga yang terjaga dan waspada.(*)

SUTOMO PAGUCI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun