Tapi itu belum cukup. Penulis juga melengkapi diri dengan pedang atau senjata tajam lainnya. Bukan dimaksudkan untuk mencelakai, tapi untuk menghadirkan rasa aman yang berefek kepercayaan diri. Kepercayaan diri akan mengeluarkan aura energi kuat untuk menakuti harimau.
Saat terdesak, senjata tajam (atau bisa juga kayu panjang) dirasa cukup untuk menakuti harimau. Senjata tajam hanya digunakan sebatas untuk membela diri.
Mundur pelan-pelan, bukan balik badan lalu berlari. Berlari akan mengecoh harimau mengira manusia yang lari tersebut adalah mangsanya.
Ikhtiar di atas berkerja saat manusia dalam keadaan sadar. Bagaimana kalau saat tidur? Misalnya, terpaksa bermalam di tengah rimba belantara habitat harimau.
Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, sangat jarang terjadi harimau memangsa manusia yang sedang tidur. Tetapi waspada adalah penting. Tidur di tenda gantung pada pohon atau hammock bisa jadi pilihan.
Jika tak memungkinkan, tidur saja dalam tenda di atas tanah. Namun dengan tetap waspada.
Lebih bagus lagi jika indera penciuman dan pendengaran tidak ikutan tertidur pulas, sisakan sedikit buat jaga-jaga. Ini butuh latihan dan pembiasaan memang, tapi berdasarkan pengalaman penulis ini lebih ke kerja otak sebenarnya.
Bau afek harimau biasanya cukup kuat untuk dicium dari jarak sekian meter. Begitupun gerakan halus tak biasa dapat didengar telinga yang terjaga dan waspada.(*)
SUTOMO PAGUCI