Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mendaki Sendirian tapi Tak Kesepian

12 September 2017   17:09 Diperbarui: 13 September 2017   10:01 4333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati suasana sambil menunggu sunset (dokpri)

Begitupun soal makanan, tidak sebebas saat masih muda remaja. Saat memasuki usia paruh baya, makan harus diatur sedemikian rupa, tidak terlalu banyak kalori, lemak jenuh dll sesuai kebutuhan tubuh. Jadi makanan harus diatur sendiri, tidak bisa tergantung pada orang lain.

Alam itu pada dasarnya netral, manusialah yang memaksanya untuk berpihak (dokpri)
Alam itu pada dasarnya netral, manusialah yang memaksanya untuk berpihak (dokpri)
Ketenangan dan kedamaian tak perlu dicari di alam, dia ada di hati dan pikiranmu sendiri (dokpri)
Ketenangan dan kedamaian tak perlu dicari di alam, dia ada di hati dan pikiranmu sendiri (dokpri)
Karena sendirian, di tenda juga bebas mau ngapain juga terserah. Mau kentut sepanjang malam bebas-bebas saja. Beda saat mendaki berkelompok, mau kentut saja harus lihat situasi, kadang gas rasanya sudah naik sampai ke kerongkongan.

Jangan salah. Soal kentut ini sangat penting diperhatikan. Pasalnya, saat tenaga diporsir sampai titik batas kemampuan, ditambah cuaca gunung yang super dingin, dan oksigen yang tipis, pencernaan biasanya tidak begitu bagus. Bawaannya pengen kentut terus, apalagi jika makan mengandung gas, seperti pisang, umbi-umbian, kacang, daging, telur, dll.

Mari makan mas (dokpri)
Mari makan mas (dokpri)
Sila dicicipi (dokpri)
Sila dicicipi (dokpri)
Namanya mendaki solo, kenikmatan dirasakan sendiri, resiko juga ditanggung sendiri. Segalanya diperhitungkan dan dilakukan sendiri.

Pertama-tama pedaki solo membawa peralatan survival yang relatif lengkap, terutama pisau. Prinsipnya, seorang lelaki tidak pernah sendirian jika ia bersama pisaunya. Jadi pastikan selalu bawa pisau survival. Andai ditanya pendaki lain dengan nada menyelidik, "Sendirian mas?" Tinggal jawab: "Berdua, bersama pisau saya."

Hidup ini dinikmati atau tidak pasti akan berakhir (dokpri)
Hidup ini dinikmati atau tidak pasti akan berakhir (dokpri)
Pisau survival, teman setia di gunung (dokpri)
Pisau survival, teman setia di gunung (dokpri)
Pisau survival berkualitas dan tajam akan menghadirkan efek "teman" yang menimbulkan rasa aman. Pisau itu bisa digunakan untuk menebas semak, memotong ranting, menebang kayu (seperlunya saja) dan berjaga dari binatang buas. Disaat tertentu, pisau menjadi pertaruhan antara hidup dan mati.

Berikutnya, bawa lagu-lagu kesukaan dalam hp, sd card cadangan, speaker bluetooth yang bisa dihubungkan ke hp. Jadi saat ada yang bertanya, "Sendirian mas?" Tinggal jawab: "Tidak, saya bersama Iwan Fals, Roma Irama, ADA Band, Broery Marantika, Enya, God Bless, Adele, Calvin Harris, David Gueta, Guns N'Roses dll."

Mengisi waktu dengan membaca, menulis, termasuk menulis di Kompasiana, dan tiduran (dokpri)
Mengisi waktu dengan membaca, menulis, termasuk menulis di Kompasiana, dan tiduran (dokpri)
Pastikan memutar musik untuk diri sendiri, tidak keras-keras, sehingga mengganggu binatang liar. Jika memutar musik pakai speaker di camp ground, pastikan pelan-pelan, tak terdengar luas, dan bukan diwaktu tidur, karena suara akan masuk ke dalam tenda orang lain dan beresonansi seperti suara toa.

Membawa buku bacaan bisa jadi alternatif pengisi waktu di gunung. Buku-buku ringan adalah favorit penulis: tipis dengan tema yang ringan.

Mengisi waktu dengan bacaan ringan (dokpri)
Mengisi waktu dengan bacaan ringan (dokpri)
Yang terpenting dari mendaki solo sebenarnya menikmati segala detail selama di perjalanan: hutan, pohon-pohonnya, edelweiss, lumut, burung-burung, karakter jalan, tanjakan, sunrise, sunset, dst. Juga menikmati saat sendiri main masak-masakan. Dengannya di gunung tak akan kesepian.

Cepat atau lambat semua ini akan ditinggalkan (dokpri)
Cepat atau lambat semua ini akan ditinggalkan (dokpri)
Manusia lahir dan mati tapi gunung ini masih tetap di sini (dokpri)
Manusia lahir dan mati tapi gunung ini masih tetap di sini (dokpri)
Seorang pendaki solo menikmati segala kesenangan dan segala kesulitan selama perjalanan. Semua tantangan dihadapi sendiri. Selebihnya adalah pengaturan pikiran, karena kesenangan, kesedihan dan rasa sepi asalnya dari pikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun