Begitupun soal makanan, tidak sebebas saat masih muda remaja. Saat memasuki usia paruh baya, makan harus diatur sedemikian rupa, tidak terlalu banyak kalori, lemak jenuh dll sesuai kebutuhan tubuh. Jadi makanan harus diatur sendiri, tidak bisa tergantung pada orang lain.
Alam itu pada dasarnya netral, manusialah yang memaksanya untuk berpihak (dokpri)
Ketenangan dan kedamaian tak perlu dicari di alam, dia ada di hati dan pikiranmu sendiri (dokpri)
Karena sendirian, di tenda juga bebas mau ngapain juga terserah. Mau kentut sepanjang malam bebas-bebas saja. Beda saat mendaki berkelompok, mau kentut saja harus lihat situasi, kadang gas rasanya sudah naik sampai ke kerongkongan.
Jangan salah. Soal kentut ini sangat penting diperhatikan. Pasalnya, saat tenaga diporsir sampai titik batas kemampuan, ditambah cuaca gunung yang super dingin, dan oksigen yang tipis, pencernaan biasanya tidak begitu bagus. Bawaannya pengen kentut terus, apalagi jika makan mengandung gas, seperti pisang, umbi-umbian, kacang, daging, telur, dll.
Namanya mendaki solo, kenikmatan dirasakan sendiri, resiko juga ditanggung sendiri. Segalanya diperhitungkan dan dilakukan sendiri.
Pertama-tama pedaki solo membawa peralatan survival yang relatif lengkap, terutama pisau. Prinsipnya, seorang lelaki tidak pernah sendirian jika ia bersama pisaunya. Jadi pastikan selalu bawa pisau survival. Andai ditanya pendaki lain dengan nada menyelidik, "Sendirian mas?" Tinggal jawab: "Berdua, bersama pisau saya."
Hidup ini dinikmati atau tidak pasti akan berakhir (dokpri)
Pisau survival, teman setia di gunung (dokpri)
Pisau survival berkualitas dan tajam akan menghadirkan efek "teman" yang menimbulkan rasa aman. Pisau itu bisa digunakan untuk menebas semak, memotong ranting, menebang kayu (seperlunya saja) dan berjaga dari binatang buas. Disaat tertentu, pisau menjadi pertaruhan antara hidup dan mati.
Berikutnya, bawa lagu-lagu kesukaan dalam hp, sd card cadangan, speaker bluetooth yang bisa dihubungkan ke hp. Jadi saat ada yang bertanya, "Sendirian mas?" Tinggal jawab: "Tidak, saya bersama Iwan Fals, Roma Irama, ADA Band, Broery Marantika, Enya, God Bless, Adele, Calvin Harris, David Gueta, Guns N'Roses dll."
Mengisi waktu dengan membaca, menulis, termasuk menulis di Kompasiana, dan tiduran (dokpri)
Pastikan memutar musik untuk diri sendiri, tidak keras-keras, sehingga mengganggu binatang liar. Jika memutar musik pakai speaker di
camp ground, pastikan pelan-pelan, tak terdengar luas, dan bukan diwaktu tidur, karena suara akan masuk ke dalam tenda orang lain dan beresonansi seperti suara toa.
Membawa buku bacaan bisa jadi alternatif pengisi waktu di gunung. Buku-buku ringan adalah favorit penulis: tipis dengan tema yang ringan.
Mengisi waktu dengan bacaan ringan (dokpri)
Yang terpenting dari mendaki solo sebenarnya menikmati segala detail selama di perjalanan: hutan, pohon-pohonnya, edelweiss, lumut, burung-burung, karakter jalan, tanjakan, sunrise, sunset, dst. Juga menikmati saat sendiri main masak-masakan. Dengannya di gunung tak akan kesepian.
Cepat atau lambat semua ini akan ditinggalkan (dokpri)
Manusia lahir dan mati tapi gunung ini masih tetap di sini (dokpri)
Seorang pendaki solo menikmati segala kesenangan dan segala kesulitan selama perjalanan. Semua tantangan dihadapi sendiri. Selebihnya adalah pengaturan pikiran, karena kesenangan, kesedihan dan rasa sepi asalnya dari pikiran.
Lihat Travel Story Selengkapnya