Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Lebih Dekat dengan Gunung Tandikat

7 Maret 2017   15:55 Diperbarui: 3 September 2021   15:52 3396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketemu lampu merah pertama kota Padang Panjang. Belok kiri (dokpri)

CARA TERMUDAH supaya lebih dekat dengan Gunung Tandikat (Tandikek, dalam bahasa Minang) adalah dengan mendakinya langsung. Karena itulah saya bersama beberapa teman mendaki gunung ini, pada Sabtu-Minggu (4-5/3/2017) lalu. 

Tulisan ini mencoba mengurai karakter gunung berketinggian 2.438 mdpl sekaligus dapat menjadi pedoman pendakian bagi peziarah yang hendak mendaki gunung berapi yang cenderung sedang istirahat ini. Pasalnya, sepanjang penelusuran saya di internet, belum ada tulisan berupa panduan detail berikut foto tentang jalur pendakian Gunung Tandikat.

Di antara tiga gunung yang dikenal dengan julukan Triarga atau 'Tiga Gunung Penyangga Langit Minangkabau', yaitu Marapi 2.891 mdpl, Singgalang 2.877 mdpl, memang Tandikat yang paling rendah tapi sekaligus paling sulit treknya setelah Singgalang. Karena julukan itu, setelah mendaki Singgalang dan Marapi, belum lengkap rasanya jika belum mendaki Tandikat.

Posko pendaftaran (dokpri)
Posko pendaftaran (dokpri)
Simpang terakhir dekat posko (dokpri)
Simpang terakhir dekat posko (dokpri)
Titik awal pendakian  

Berada di Jorong Ganting, Nagari Singgalang, Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Titik awal pendakian gunung berapi bertipe stratovolcano ini berjarak sekitar 7,5 km dari pusat Kota Padang Panjang. Untuk sampai ke titik awal pendakian tersebut harus melalui jalan aspal sempit berliku dan banyak persimpangannya.

Sebetulnya, saat ini masih musim penghujan. Ramalan cuaca dari Accuweather.com dan Freemateo, pun, mengatakan demikian: Tandikat berpotensi hujan. Tapi melakukan 'pendekatan' di musim hujan ada keunikan tersendiri. Benar saja, sejak Sabtu (4/3) siang hingga Minggu (5/3) pagi Tandikat diguyur hujan lebat. Hujan berhenti sejenak pada Minggu pagi, menjelang siang hingga sore kembali diguyur hujan. Cuaca cerah selama lima jam tersebut cukuplah untuk menikmati puncak gunung ini.

Awan tipis di atas gunung Singgalang dan Tandikat, Sabtu (4/3/2017) pagi (dokpri)
Awan tipis di atas gunung Singgalang dan Tandikat, Sabtu (4/3/2017) pagi (dokpri)
Menjelang pintu rimba (dokpri)
Menjelang pintu rimba (dokpri)
Setelah melakukan registrasi di Posko Pendaftaran dengan biaya Rp10.000 per orang dan parkir kendaraan Rp10.000, pendakian dimulai sekitar pukul 9.30, Sabtu (4/3/2017). Hanya ada tujuh orang pendaki pada hari itu, padahal akhir minggu. Tandikat memang jarang didaki orang. Butuh waktu sekitar 5-6 jam dari Posko Pendaftaran hingga sampai ke R25 (Mata Air 1) atau 7-8 jam ke puncak.

Etape Krusial

Poin krusial mendaki Tandikat ada pada etape Posko Pendaftaran hingga ke pintu rimba dan Mata Air 1 (sungai kecil). Di kedua etape ini pendaki rawan tersesat. Hal mana karena di etape Posko Pendataran hingga pintu rimba banyak persimpangan. Sedangkan di Mata Air 1 (R25) ada persimpangan yang 'menipu'.

Etape pertama menuju pintu rimba/mata air 1 mengikuti jalur irigasi (dokpri)
Etape pertama menuju pintu rimba/mata air 1 mengikuti jalur irigasi (dokpri)
Sampai di sini, belok kiri ketemu sungai kecil (dokpri)
Sampai di sini, belok kiri ketemu sungai kecil (dokpri)
Rumus supaya tidak tersesat etape Posko Pendaftaran-Pintu Rimba adalah dengan mengikuti aliran irigasi persis mulai di depan Posko Pendaftaran. Terus ikuti hingga sekitar satu jam perjalanan. Nanti akan ketemu tanah longsor dan sungai kecil berbatu di kiri jalur, belok kiri (ada panduan tali rapia dan bekas injakan kaki). Setelah itu akan ketemu sungai kecil.

Jalan setapak mengikuti jalur irigasi tsb cukup jelas terlihat. Kalaupun membelok, misalnya untuk menghindari bukit kecil atau tepian irigasi yang longsor, paling beberapa meter akan kembali ke jalur awal di tepian irigasi. Disiplin ikuti tepian irigasi ini, jangan terpancing mengikuti persimpangan lain, menjauh dari tepian irigasi.

Pos peristirahatan baru dibuat (dokpri)
Pos peristirahatan baru dibuat (dokpri)
Pos R25 dekat mata air 1 dalam suasana hujan, Sabtu (4/3/2017) sore. Ke puncak ambil jalur ke kanan (dokpri)
Pos R25 dekat mata air 1 dalam suasana hujan, Sabtu (4/3/2017) sore. Ke puncak ambil jalur ke kanan (dokpri)
Dengan rumus itu mudah-mudahan tidak akan tersesat. 

Setelah sampai di Mata Air 1 atau R25 (ada rambunya) langsung belok kanan, menurun ke arah sungai kecil yang disebut 'Mata Air 1'. Karena ke arah situlah jalur menuju puncak. Jangan sekali-kali mengikuti jalan lurus menanjak, karena bakal nyasar. Sudah cukup banyak pendaki nyasar di sini karena mengikuti logika bahwa jalur yang benar menuju puncak tentu melewati jalan menanjak, apalagi jalanya bersih dan lebar. 

Jalur yang benar di R25 atau mata air 1 adalah turun ke arah sungai. Lalu menanjak naik turun tiga bukit lagi baru sampai ke puncak utama (top). Butuh waktu 1,5-2 jam berjalan santai dari sini hingga sampai di puncak Tandikat.

Arbei hutan di tepi jalan antara mata air 2 dan puncak (dokpri)
Arbei hutan di tepi jalan antara mata air 2 dan puncak (dokpri)
Bunga puar kecil (dokpri)
Bunga puar kecil (dokpri)
Saya menyebutnya 'anggur hutan'. Bentuk dan tekstur dagingnya mirip anggur tapi rasanya kecut (dokpri)
Saya menyebutnya 'anggur hutan'. Bentuk dan tekstur dagingnya mirip anggur tapi rasanya kecut (dokpri)
Banyak Pacat

Rimbanya cukup lembab. Sepanjang jalan cukup banyak pacat. Untuk menghindari pacat ada baiknya pakai gaiter atau melumuri bagian bawah kaki dengan Autan dan semacamnya.

Saya sendiri pakai gaiter. Ternyata cukup ampuh untuk menghalangi pacat masuk lewat celah ujung celana. Selebihnya tinggal menghindari pacat daun, yaitu sejenis pacat yang pandai hidup di atas dedaunan, suka tiba-tiba melenting ke arah mangsanya.

Hutan lembab dan berpacat (dokpri)
Hutan lembab dan berpacat (dokpri)
Pacat menjalar di sepatu (dokpri)
Pacat menjalar di sepatu (dokpri)
Pastikan waktu istirahat tidak sembarang duduk di semak-semak yang banyak pacatnya. Tidak berlama-lama duduk. Lebih aman duduk di atas batang kayu rebah yang bersih dari daun-daun di atasnya, karena daun menjadi 'jembatan' bagi pacat.

Walaupun demikian tetap saja pacat akan mudah ditemui menempel di kaki. Para pendaki biasanya akan istirahat sejenak setiap setengah jam perjalanan untuk mengecek kakinya apakah ada pacat atau tidak. Jika pacat dibiarkan lama-lama menjalar hingga ke bagian atas tubuh dan masuk ke balik baju di badan.

Treknya Berat

Butuh 7-8 jam dari pos pendaftaran hingga sampai ke area kemping terakhir di sekitar puncak. Setelah masuk pintu rimba treknya terus menanjak. Sesekali 'bonus' jalan mendatar di etape pintu rimba hingga R19. Setelah itu trek makin menanjak tak terkira-kira hingga sampai di R25 (mata air 1).

Untungnya, setelah masuk pintu rimba suasana hutan terasa sejuk menyegarkan. Trek juga relatif mulus tanpa hambatan berarti seperti batang-batang kayu berukuran besar yang melintang di tengah jalan. Namun trek lancar mulus demikian hanya sampai R25.

Hutan lumut menjelang puncak (dokpri)
Hutan lumut menjelang puncak (dokpri)
Contoh batang melintang di trek antara R25 dan puncak (dokpri)
Contoh batang melintang di trek antara R25 dan puncak (dokpri)
Setelah R25 (mata air 1) hingga puncak banyak ditemui batang kayu melintang. Pada beberapa titik bahkan hampir tidak bisa sekedar meloloskan badan saking kecilnya tempat masuk di bawah batang melintang. Dua titik di antaranya, saat mendekati puncak, ada batang kayu melintang menghambat jalan dengan lobang kecil saja tempat lewat, saking kecilnya kesulitan memasukkan badan berikut tas keril. Terpaksa keril dicopot lalu loloskan duluan baru badan menyusul.

Karena sulitnya trek dari R25 (mata air 1) hingga ke puncak, ada baiknya ngekem terakhir di R25. Dari sini baru dilanjutkan keesokan harinya treking ke arah puncak. Butuh waktu 1,5-2 jam ke puncak, saya sendiri sebagai pendaki santai butuh waktu 2,5 jam.

Waktu kami mendaki sedang musim hujan. Pacat lebih banyak sepanjang perjalanan, hingga sampai R25. Untunglah setelah R25 hingga puncak, pacat sudah jarang ditemui.

Rehat di sungai batas pintu rimba (dokpri)
Rehat di sungai batas pintu rimba (dokpri)
Di puncak Tandikat, Minggu (5/3/2017) pagi (dokpri)
Di puncak Tandikat, Minggu (5/3/2017) pagi (dokpri)
Waktu terbaik

Karena treknya lumayan panjang, berat dan berpacat akan lebih menyenangkan mendaki Gunung Tandikat saat musim panas antara bulan Juni hingga Oktober sepanjang tahun. Pastinya sangat menyenangkan mendaki dalam kesegaran udara hutan tropis, tanpa perlu diganggu hujan, dan banyak pacat.

Mendaki saat hujan dihitung sekedar olahraga. Di perjalanan tidak bisa terlalu santai atau istirahat terlalu lama karena rawan hipotermia dan kram otot. Sepanjang hari di tempat ngekem hanya berkutat di dalam tenda.(*)

Ketemu lampu merah pertama kota Padang Panjang. Belok kiri (dokpri)
Ketemu lampu merah pertama kota Padang Panjang. Belok kiri (dokpri)
Belok kiri di simpang lampu merah Lubuk Mato Kuciang, sebelum Terminal Padang Panjang (dokpri)
Belok kiri di simpang lampu merah Lubuk Mato Kuciang, sebelum Terminal Padang Panjang (dokpri)
Ketemu simpang 4 ini. Lurus (dokpri)
Ketemu simpang 4 ini. Lurus (dokpri)
Simpang 3 sebelum masjid. Lurus saja (dokpri)
Simpang 3 sebelum masjid. Lurus saja (dokpri)
Sekitar 6 km setelah pusat kota Padang Panjang ketemu simpang tiga ini. Belok kiri. Nanti ketemu persimpangan ambil jalur lurus. Sekitar 1 km lagi sampai di titik awal pendakian (dokpri)
Sekitar 6 km setelah pusat kota Padang Panjang ketemu simpang tiga ini. Belok kiri. Nanti ketemu persimpangan ambil jalur lurus. Sekitar 1 km lagi sampai di titik awal pendakian (dokpri)
SUTOMO PAGUCI


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun