Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Lebih Dekat dengan Gunung Tandikat

7 Maret 2017   15:55 Diperbarui: 3 September 2021   15:52 3396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pos peristirahatan baru dibuat (dokpri)
Pos peristirahatan baru dibuat (dokpri)
Pos R25 dekat mata air 1 dalam suasana hujan, Sabtu (4/3/2017) sore. Ke puncak ambil jalur ke kanan (dokpri)
Pos R25 dekat mata air 1 dalam suasana hujan, Sabtu (4/3/2017) sore. Ke puncak ambil jalur ke kanan (dokpri)
Dengan rumus itu mudah-mudahan tidak akan tersesat. 

Setelah sampai di Mata Air 1 atau R25 (ada rambunya) langsung belok kanan, menurun ke arah sungai kecil yang disebut 'Mata Air 1'. Karena ke arah situlah jalur menuju puncak. Jangan sekali-kali mengikuti jalan lurus menanjak, karena bakal nyasar. Sudah cukup banyak pendaki nyasar di sini karena mengikuti logika bahwa jalur yang benar menuju puncak tentu melewati jalan menanjak, apalagi jalanya bersih dan lebar. 

Jalur yang benar di R25 atau mata air 1 adalah turun ke arah sungai. Lalu menanjak naik turun tiga bukit lagi baru sampai ke puncak utama (top). Butuh waktu 1,5-2 jam berjalan santai dari sini hingga sampai di puncak Tandikat.

Arbei hutan di tepi jalan antara mata air 2 dan puncak (dokpri)
Arbei hutan di tepi jalan antara mata air 2 dan puncak (dokpri)
Bunga puar kecil (dokpri)
Bunga puar kecil (dokpri)
Saya menyebutnya 'anggur hutan'. Bentuk dan tekstur dagingnya mirip anggur tapi rasanya kecut (dokpri)
Saya menyebutnya 'anggur hutan'. Bentuk dan tekstur dagingnya mirip anggur tapi rasanya kecut (dokpri)
Banyak Pacat

Rimbanya cukup lembab. Sepanjang jalan cukup banyak pacat. Untuk menghindari pacat ada baiknya pakai gaiter atau melumuri bagian bawah kaki dengan Autan dan semacamnya.

Saya sendiri pakai gaiter. Ternyata cukup ampuh untuk menghalangi pacat masuk lewat celah ujung celana. Selebihnya tinggal menghindari pacat daun, yaitu sejenis pacat yang pandai hidup di atas dedaunan, suka tiba-tiba melenting ke arah mangsanya.

Hutan lembab dan berpacat (dokpri)
Hutan lembab dan berpacat (dokpri)
Pacat menjalar di sepatu (dokpri)
Pacat menjalar di sepatu (dokpri)
Pastikan waktu istirahat tidak sembarang duduk di semak-semak yang banyak pacatnya. Tidak berlama-lama duduk. Lebih aman duduk di atas batang kayu rebah yang bersih dari daun-daun di atasnya, karena daun menjadi 'jembatan' bagi pacat.

Walaupun demikian tetap saja pacat akan mudah ditemui menempel di kaki. Para pendaki biasanya akan istirahat sejenak setiap setengah jam perjalanan untuk mengecek kakinya apakah ada pacat atau tidak. Jika pacat dibiarkan lama-lama menjalar hingga ke bagian atas tubuh dan masuk ke balik baju di badan.

Treknya Berat

Butuh 7-8 jam dari pos pendaftaran hingga sampai ke area kemping terakhir di sekitar puncak. Setelah masuk pintu rimba treknya terus menanjak. Sesekali 'bonus' jalan mendatar di etape pintu rimba hingga R19. Setelah itu trek makin menanjak tak terkira-kira hingga sampai di R25 (mata air 1).

Untungnya, setelah masuk pintu rimba suasana hutan terasa sejuk menyegarkan. Trek juga relatif mulus tanpa hambatan berarti seperti batang-batang kayu berukuran besar yang melintang di tengah jalan. Namun trek lancar mulus demikian hanya sampai R25.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun