Setelah sampai di Mata Air 1 atau R25 (ada rambunya) langsung belok kanan, menurun ke arah sungai kecil yang disebut 'Mata Air 1'. Karena ke arah situlah jalur menuju puncak. Jangan sekali-kali mengikuti jalan lurus menanjak, karena bakal nyasar. Sudah cukup banyak pendaki nyasar di sini karena mengikuti logika bahwa jalur yang benar menuju puncak tentu melewati jalan menanjak, apalagi jalanya bersih dan lebar.Â
Jalur yang benar di R25 atau mata air 1 adalah turun ke arah sungai. Lalu menanjak naik turun tiga bukit lagi baru sampai ke puncak utama (top). Butuh waktu 1,5-2 jam berjalan santai dari sini hingga sampai di puncak Tandikat.
Rimbanya cukup lembab. Sepanjang jalan cukup banyak pacat. Untuk menghindari pacat ada baiknya pakai gaiter atau melumuri bagian bawah kaki dengan Autan dan semacamnya.
Saya sendiri pakai gaiter. Ternyata cukup ampuh untuk menghalangi pacat masuk lewat celah ujung celana. Selebihnya tinggal menghindari pacat daun, yaitu sejenis pacat yang pandai hidup di atas dedaunan, suka tiba-tiba melenting ke arah mangsanya.
Walaupun demikian tetap saja pacat akan mudah ditemui menempel di kaki. Para pendaki biasanya akan istirahat sejenak setiap setengah jam perjalanan untuk mengecek kakinya apakah ada pacat atau tidak. Jika pacat dibiarkan lama-lama menjalar hingga ke bagian atas tubuh dan masuk ke balik baju di badan.
Treknya Berat
Butuh 7-8 jam dari pos pendaftaran hingga sampai ke area kemping terakhir di sekitar puncak. Setelah masuk pintu rimba treknya terus menanjak. Sesekali 'bonus' jalan mendatar di etape pintu rimba hingga R19. Setelah itu trek makin menanjak tak terkira-kira hingga sampai di R25 (mata air 1).
Untungnya, setelah masuk pintu rimba suasana hutan terasa sejuk menyegarkan. Trek juga relatif mulus tanpa hambatan berarti seperti batang-batang kayu berukuran besar yang melintang di tengah jalan. Namun trek lancar mulus demikian hanya sampai R25.