Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Panggilan dari Gunung Latimojong

21 Agustus 2016   15:17 Diperbarui: 22 Agustus 2016   10:39 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biji kopi dengan kulit ari hampir kering dan siap jual dengan harga Rp.13.000/liter di Dusun Karangan (docpri)

Gunung Bambakuang (docpri)
Gunung Bambakuang (docpri)
View gunung Nona di pagi hari (docpri)
View gunung Nona di pagi hari (docpri)
Sampai di Baraka hari masih pagi, sekitar pukul 7.30 WITA, Sabtu (13/8/2016). Langsung menuju basecamp KPA Lembayung di Baraka. Setelah selesai belanja melengkapi logistik, sekitar pukul 11.30 WITA, kami meluncur ke titik awal pendakian: Dusun Karangan.

Ternyata jarak Baraka ke Dusun Karangan cukup jauh juga. Lebih dua jam kami dibanting-banting di atas mobil karena jalan yang sangat buruk. Persendian sudah ngilu duluan bahkan sebelum benar-benar mendaki. Sampai di Dusun Karangan pukul 14.40 WITA. 

Baru saja sampai di Dusun Karangan, Sabtu (13/8/2016) pukul 14.40 WITA (docpri)
Baru saja sampai di Dusun Karangan, Sabtu (13/8/2016) pukul 14.40 WITA (docpri)
Ucapan selamat datang dan tatib pendakian (docpri)
Ucapan selamat datang dan tatib pendakian (docpri)
Pukul 15.30 WITA langsung tancap gas dari titik awal pendakian di Dusun Karangan menuju Pos 1. Treknya diwarnai jalan setapak berliku-liku melalui perkebunan kopi warga yang seolah tak ada habisnya. Walaupun ditingkahi hujan rintik tapi tetap mandi keringat.

Hampir dua jam waktu dibutuhkan dari titik awal pendakian di Dusun Karangan hingga sampai di Pos 1. Karena kemampuan berjalan berbeda-beda, sesampai di Pos 1 kami sudah terpisah-pisah, ada yang sudah duluan sampai dan lanjut bablas menjuju Pos 2. Sedangkan saya sendiri bersama mba Nana kedodoran di shaf belakang. 

Jalan berliku naik turun bukit melewati perkebunan kopi yang seolah tiada habisnya (docpri)
Jalan berliku naik turun bukit melewati perkebunan kopi yang seolah tiada habisnya (docpri)
Tanpa istirahat lagi di Pos 1 perjalanan langsung dilanjutkan ke Pos 2. Hari udah sore, sekitar pukul 16.50 WITA. Targetnya sampai Pos 2 hari belum malam sehingga masih ada waktu enak buat mendirikan tenda dan masak.

Hari mulai hujan rintik. Di perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2 sesekali berpapasan dengan pendaki lain yang turun menuju Dusun Karangan, seorang diantaranya bernama Raznah (kalau tak salah ingat) asal Malaysia namun aslinya dari Payakumbuh, Sumatera Barat.

Sampai di Pos 2 hari sudah mulai gelap, sekitar pukul 18.30 WITA. Dua buah tenda sudah terpasang di bawah tubir batu yang menyerupai goa. Beberapa orang yang duluan sampai memasang tenda.

Tenda di bawah tubir batu besar di Pos 2 (docpri)
Tenda di bawah tubir batu besar di Pos 2 (docpri)
Sungai di bawah tenda di Pos 2. Ngeri juga andai jatuh (docpri)
Sungai di bawah tenda di Pos 2. Ngeri juga andai jatuh (docpri)
Suasana pagi di Pos 2. Sebelum lanjut perjalanan ke Pos 3, Minggu (14/8/2016) (docpri)
Suasana pagi di Pos 2. Sebelum lanjut perjalanan ke Pos 3, Minggu (14/8/2016) (docpri)
Sungai di Pos 2 (docpri)
Sungai di Pos 2 (docpri)
Sengaja kami tidak meneruskan perjalanan dari Pos 2 menuju Pos 3 pada sore menjelang malam itu. Trek dari Pos 2 menuju Pos 3 terkenal sangat berat bahkan ada yang menyebut paling berat. Beberapa diantara tanjakan dari Pos 2 menuju Pos 3 hingga mencapai kemiringan 80 derajat (nyaris tegak).

Benar saja. Tanpa basa-basi, mulai start dari Pos 2 sudah dihadapkan pada tanjakan yang sangat curam. Sambil menyandang keril yang lumayan berat terpaksa mendaki seperti merangkak menggunakan dua kaki dan dua tangan. Mana tanjakannya licin lagi.

Tanjakan 80 derajat dari Pos 2 menuju Pos 3.
Tanjakan 80 derajat dari Pos 2 menuju Pos 3.
Merangkak berpegangan pada akar. Sangat berbahaya. Salah sedikit bisa terjungkal ke belakang (docpri)
Merangkak berpegangan pada akar. Sangat berbahaya. Salah sedikit bisa terjungkal ke belakang (docpri)
Start dari Pos 2 hari Minggu (14/8/2016) pagi pukul 8.30 WITA. Baru sampai di Pos 3, yang sebetulnya tidak jauh jaraknya, pukul 9.30 WITA. Beberapa rekan tanpa istirahat di Pos 3 langsung melanjutkan perjalanan ke Pos 4. Saya sendiri istirahat sebentar di Pos 3. Trek dari Pos 3 menuju Pos 4 masih diwarnai tanjakan tapi tidak seekstrim dari Pos 2.

Boleh dikata tidak ada trek pendakian gunung Latimojong via Dusun Karangan yang ringan. Wajarnlah jika ada yang menyebut bahwa trek pendakian gunung Latimojong terberat ke-4 diantara 7 gunung Seven Summits Indonesia, setelah Carstenzs, Binaiya dan Bukit Raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun