ADA alam tampak, ada pula alam yang tak tampak. Ada alam yang terlihat, ada alam gaib. Kedua alam ini dikuasai oleh mahluk masing-masing. Kelihatannya masih sangat dipercaya oleh sebagian warga di sekitar gunung Kerinci. Dimana dalam waktu tertentu warga atau mungkin juru kunci Gunung Kerinci akan memberikan sesajen untuk penguasa alam gunung Kerinci, gunung api tertinggi di Indonesia dan Asia Tenggara.
Sesajen itu seolah ingin mengatakan pada penguasa lembah dan delapan mata angin di gunung Kerinci: "Ini makanan telah kami sajikan, sila makanlah, jangan ganggu para pendaki."
Menurut pendaki warga lokal yang saya tanya, dulu tempat sesajen tersebut berada di Pos 1 Bangku Panjang, tak jauh ke arah pintu rimba, yang kemudian dipindahkan ke gerbang seperti nampak di foto. Katanya, sesajen itu dilakukan rutin oleh warga atau juru kunci gunung Kerinci.
Sore harinya, sekitar pukul 17.00 Wib, Selasa (29/12/2015), saat turun dan melewati gerbang di kaki gunung Kerinci, sesajen serupa kembali saya temui. Kelihatannya sesajen baru. Kali ini tidak nampak ada bercak darah seperti sehari sebelumnya.
Gunung Kerinci memang acap "meminta" korban jiwa. Kalau tidak salah mencatat, sudah ada sekurangnya 8 orang pendaki yang hilang tak tahu rimbanya di gunung Kerinci. Hilang begitu saja, tak ketemu-ketemu sampai sekarang.Â
Di area bernama Tugu Yuda, sebelum puncak Indrapura, banyak ditemui memoriam berupa tumpukan batu untuk para pendaki yang hilang tak ditemukan hingga sekarang, termasuk pendaki bernama Yuda Santika.
Terakhir, seorang pendaki asal Bekasi bernama Setiawan Maulana, yang melakukan pendakian bersama 12 anggota grupnya, pada 25-27 Desember 2014, hilang tak tentu rimbanya belum ditemukan hingga tulisan ini diturunkan.
Kuat dugaan, kebanyakan pendaki, termasuk Setiawan Maulana, tersesat waktu turun di area Tugu Yuda saat kabut tebal, karena salah ambil jalur yaitu ke kanan, harusnya lurus saja. Sangat mungkin pendaki tanpa sadar menyusuri pungungan jurang ke arah kanan hingga masuk ke rimba raya dan hilang di sana.(*)
SUTOMO PAGUCI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H