Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sesajen di Gunung Kerinci

3 Januari 2016   11:32 Diperbarui: 5 Januari 2018   06:09 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesajen di Pintu Rimba (dokumentasi pribadi)

 ADA alam tampak, ada pula alam yang tak tampak. Ada alam yang terlihat, ada alam gaib. Kedua alam ini dikuasai oleh mahluk masing-masing. Kelihatannya masih sangat dipercaya oleh sebagian warga di sekitar gunung Kerinci. Dimana dalam waktu tertentu warga atau mungkin juru kunci Gunung Kerinci akan memberikan sesajen untuk penguasa alam gunung Kerinci, gunung api tertinggi di Indonesia dan Asia Tenggara.

Sesajen itu seolah ingin mengatakan pada penguasa lembah dan delapan mata angin di gunung Kerinci: "Ini makanan telah kami sajikan, sila makanlah, jangan ganggu para pendaki."

Tempat sesajen berupa
Tempat sesajen berupa
Saat saya lewat pagi hari sekitar pukul 7.00 Wib, Senin, 28/12/2015, sesajen itu sudah terletak di sana. Seperti tampak di foto beberapa jenis sesajen telah ada yang memakan (binatang?). Yang terlihat telah dimakan nasi ketan hitam dan putih. Bercak darah, sepertinya darah ayam, masih segar menempel di daun.

Menurut pendaki warga lokal yang saya tanya, dulu tempat sesajen tersebut berada di Pos 1 Bangku Panjang, tak jauh ke arah pintu rimba, yang kemudian dipindahkan ke gerbang seperti nampak di foto. Katanya, sesajen itu dilakukan rutin oleh warga atau juru kunci gunung Kerinci.

Darah ayam masih nampak mengering (dokpri)
Darah ayam masih nampak mengering (dokpri)
Sesampai di Shelter 2 di ketinggian 3.056 mdpl, waktu saya turun dari puncak gunung Kerinci, Selasa (29/12/2015) pukul 12.00 Wib, ada rombongan terdiri dari beberapa orang anak kecil berusia sekitar 3-10 tahun, ibu-ibu dan bapak-bapak yang membawa ayam. Sempat bercakap-cakap dengan saya, sebelum saya turun. Dugaan seorang teman, ayam itu buat persembahan nazar di gunung Kerinci.

Sore harinya, sekitar pukul 17.00 Wib, Selasa (29/12/2015), saat turun dan melewati gerbang di kaki gunung Kerinci, sesajen serupa kembali saya temui. Kelihatannya sesajen baru. Kali ini tidak nampak ada bercak darah seperti sehari sebelumnya.

Pintu Rimba (dokpri)
Pintu Rimba (dokpri)
Terlepas percaya atau tidak dengan kemangkusannya, sesajen itu merupakan kearifan lokal warga sekitar dalam membaca isyarat dan tanda-tanda alam. Katakanlah semacam ikhtiar dalam segala kelemahan manusia.

Gunung Kerinci memang acap "meminta" korban jiwa. Kalau tidak salah mencatat, sudah ada sekurangnya 8 orang pendaki yang hilang tak tahu rimbanya di gunung Kerinci. Hilang begitu saja, tak ketemu-ketemu sampai sekarang. 

Di area bernama Tugu Yuda, sebelum puncak Indrapura, banyak ditemui memoriam berupa tumpukan batu untuk para pendaki yang hilang tak ditemukan hingga sekarang, termasuk pendaki bernama Yuda Santika.

Terakhir, seorang pendaki asal Bekasi bernama Setiawan Maulana, yang melakukan pendakian bersama 12 anggota grupnya, pada 25-27 Desember 2014, hilang tak tentu rimbanya belum ditemukan hingga tulisan ini diturunkan.

Kuat dugaan, kebanyakan pendaki, termasuk Setiawan Maulana, tersesat waktu turun di area Tugu Yuda saat kabut tebal, karena salah ambil jalur yaitu ke kanan, harusnya lurus saja. Sangat mungkin pendaki tanpa sadar menyusuri pungungan jurang ke arah kanan hingga masuk ke rimba raya dan hilang di sana.(*)

SUTOMO PAGUCI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun