Gunung Talang dengan ketinggian 2597 mdpl, merupakan salah satu gunung berapi aktif tercantik di Sumatera Barat, yang terletak di Kabupaten Solok, berjarak sekitar 9 km dari Arosuka ibu kota Kabupaten Solok atau 40 km dari Kota Padang ke arah Alahan Panjang Solok Selatan. Gunung bertipe stratovolcano ini cukup aktif meletus, dari 1833 hingga terakhir tahun 2007.
Ke sanalah saya treking hari Sabtu-Minggu (17-18/10/2015) lalu, melalui jalur di Air Batumbuk yang baru resmi dibuka tahun 2013 lalu. Selain rute Air Batumbuk, ada juga jalur Bukik Sileh yang lebih berat.
Sedangkan melalui jalur Bukik Sileh disebut butuh waktu setidaknya 4-6 jam, start dari Bukit Sileh, Kabupaten Solok, langsung menuju puncak, dengan medan treking yang jauh lebih berat.
Sekalipun berkabut, jumlah pengunjung mencapai lebih dari 200-an orang. Saat langit jernih, pemandangan di camping ground cadas sangatlah indah, baik siang maupun malam hari, terutama saat malam bertabur bintang.
Jalur treking yang mudah, gunung yang relatif rendah, jarak yang dekat dari pusat kota Padang, pemandangan memikat sepanjang perjalanan, dengan hamparan kebun teh, dan pemandangan menakjubkan dari puncaknya, menjadikan gunung talang jadi favorit baru para pendaki.
Dari kota Padang, rute untuk mencapai gunung Talang melalui jalan raya Padang menuju kabupaten Solok. Sesampai di Simpang Empat Arosuka, dekat/sebelum Polres Solok, belok ke kanan menuju Alahan Panjang atau Solok Selatan.
Sepanjang jalan pengunjung akan disuguhi pemandangan kebun teh. Sekitar 10 km dari simpang ini, sesampai di simpang Masjid Muhajirin, Air Batumbuk, belok kiri. Posko sekretariat pendakian (tempat pendaftaran) hanya berjarak sekitar 100 m dari plang Masjid Muhajirin ini.
Hanya berjarak sekitar 20 m dari Simpang Masjid Muhajirin tadi, Anda akan bertemu rambu R01 bercat merah/kuning. Ikuti arah petunjuknya. Jalur treking gunung Talang telah diberi rambu mulai dari R01 s/d R54, jadi pendaki kecil kemungkinan nyasar. Berhadapan dengan rambu R01 ini, di seberang jalan, ada rumah penyewaan peralatan kemping jika pengunjung tidak membawa peralatan atau ada terlupa membawa perlengkapan (nomor kontaknya ada di foto).
Sepanjang perjalanan dari pos sekretariat menuju gerbang base camp, melewati hamparan kebun teh yang berundak berlapis hijau indah, dengan medan yang mudah dilalui dengan berjalan kaki. Jalan ini milik PTPN VI untuk jalur angkutan ke kebun teh. Sekitar 30 menit perjalanan, pengunjung akan sampai di gerbang base camp dan warung di kiri-kanan jalan, sebelah kanan ada warung milik Pak Bambang dengan camping ground di depannya.
Pada musim kemarau, ada baiknya ambil air di kedai Pak Bambang ini. Saat musim pendakian dan musim kemarau (sekitar bulan Mei s/d Agustus), stok air di camping ground cadas kadang-kadang menipis. Untung saat kami treking baru hujan lebat sehingga stok air di cadas melimpah ruah.
Sesudah shelter 1 jalan makin menanjak, tapi tergolong moderat, bahkan dibanding medan gunung Marapi yang tergolong mudah. Setelah memasuki rimba, medan treking mulai lembab, licin, akar-akar pohon, kadang melalui penghalang pohon tumbang. Di sepanjang jalan rimba ini, khususnya musim panas, akan banyak ditemui stroberi hutan yang rasanya asem-manis.
Ada baiknya waktu perjalanan diatur sedemikian rupa supaya sampai di cadas lewat tengah hari, terutama di musim panas. Terik matahari sangat terasa di cadas pada musim panas, bahkan di dalam tenda sekalipun akan terasa terpanggang. Waktu yang pas sampai di cadas adalah sesudah Ashar, sekitar jam 16 s/d 17 waktu setempat.
Di cadas inilah para pendaki biasanya beristirahat semalam, untuk melakukan summit keesokan paginya. Dibutuhkan waktu sekitar 1 jam dari area perkemahan di cadas menuju puncak 2597 mdpl. Tinggal dihitung saja waktunya bila ingin melihat mata hari terbit dari puncak.
Saya sendiri muncak sudah pukul 6.30 waktu setempat. Maksud hati sengaja tidak melihat sunrise karena diperkirakan akan terhalang kabut seperti biasanya. Eh tahunya cuaca pagi lumayan bersahabat. Langit lumayan bersih.
Sangat dianjurkan pendaki membawa masker N95 atau sejenisnya. Terutama bila pendaki hendak muncak melewati "jembatan neraka" tadi. Lebih aman lagi bila bawa oksigen tabung. Tak terbayangkan andai tumbang di jembatan neraka ini, jatuh ke jurang yang dibawahnya mengepul uap belerang sangat panas.
Setelah melewati"jembatan neraka", sampai di bukit kecil, naik ke atasnya, terus saja turuni lembahnya, lalu naik lagi ke puncak bukit, dan terus saja ke jalur trek sebelah kiri menuju puncak 2597 mdpl yang ditandai papan plang dan bendera merah putih sisa acara 17 Agustus 2015 lalu.
Area di puncak 2597 mdpl tidak cukup luas. Perkiaraan saya, di musim pendakian yang ramai, seperti tanggal 17 Agustus dan tahun baru, puncak ini akan disesaki orang. Dibutuhkan kehati-hatian ekstra supaya tidak terpleset ke kiri-kanan yang terdiri jurang sangat dalam.
Salah satu ciri khas pendaki di Sumbar, selain keramahannya dengan panggilan "pak", etiket sosialnya perlu ditingkatkan. Ini kalau boleh sedikit mengkritik. Kebanyakan pendaki akan nanyi-nyanyi atau teriak-teriak semalam suntuk. Suara bising masuk dalam tenda seperti toa, bikin tak bisa istirahat, padahal keesokan paginya akan summit.(*)Â
SUTOMO PAGUCI
Artikel Terkait:
Pendaki: Trek Gunung Talang Jahat!
Pemandangan Spektakuler di Puncak Gunung Talang
5000-an Warga Rayakan HUT ke-72 RI di Gunung Talang
Bahkan Saat Mendung pun Gunung Talang Tetap Indah
Semarak Bunga Cantigi Menyambut Para Pendaki di Puncak Gunung Talang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H