Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Selamatnya Malala Yousafzai

19 Oktober 2012   04:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:39 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malala Yousafzai, 14 tahun, memang luar biasa! Tuhan luar biasa. Malala, gadis kecil itu, disergap dua orang lelaki dewasa bersenjata dan memberondongkan peluru ke arahnya, Rabu (10/10/2012) minggu lalu. Peluru itu menembus leher hingga bahunya. Ajaibnya Malala selamat. Tidak mati. Jika Malala terus umur panjang maka maknanya barangkali Tuhan menyelamatkan Malala.  Taliban tidak diridhoi Tuhan. Malala adalah warga Lembah Swat, Pakistan. Ia menjadi aktivis dalam usia yang masih sangat muda. Dengan keberanian luar biasa, kepandaian menulis, kecakapan berkomunikasi dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Inggris, ia dengan gagah memperjuangkan hak perempuan Pakistan untuk bersekolah dan menentang represi Taliban terhadap kaum perempuan di Lembah Swat. Menyusul tragedi Malala tersebut, serentak warga Pakistan berunjuk rasa besar-besaran menentang Taliban. Kemarahan publik kepada Taliban mengkristal dan maujud di jalanan. Ribuan demonstran tumpah ruah turun ke jalan-jalan di seantero Pakistan. [caption id="attachment_204899" align="aligncenter" width="300" caption="Malala Yousafzai setelah tertembak. Insert sebelum tertembak. Photo: www.nodeju.com"][/caption] [caption id="attachment_204898" align="aligncenter" width="520" caption="Demo pendukung Malala di Pakistan/www.spiegel.de"]

13506200831171148719
13506200831171148719
[/caption] Di mana-mana kekerasan atas nama agama terus mendapat penentangan. Momen tragedi Malala menjadi simbolisasi dunia untuk melawan kekerasan atas nama agama, khususnya kekerasan Islam politik. Malala telah jadi simbol dunia. Di Indonesia demikian pula. Kekerasan atas nama agama hanya didukung segelintir orang. Ketika seorang teroris tertangkap, terbunuh dan mayatnya di kirim ke kampung halamannya....bahkan orang tuanya sendiri tidak bersedia menerima. Jijik. Sekampung menolak jasad teroris. Saat Imam Samudera Cs dieksekusi mati tanggal 9 September 2008 dan dikuburkan oleh umat, masih ada yang berteriak "Allahu Akbar!". Namun belakangan ini teriakan serupa makin jarang terdengar saat seorang teroris terbunuh. Masyarakat makin sadar bahwa mereka bukan pejuang agama melainkan kriminal sakit jiwa.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun