Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Catatan

KPU Dinilai Keliru Loloskan Prabowo

13 Juni 2014   21:58 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:52 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1402645751687342013

[caption id="attachment_311001" align="aligncenter" width="550" caption="Tanda pangkat Prabowo dicopot Pangab Jend Wiranto (doc. ABRI)"][/caption]

Komisi Pemilihan Umum (KPU) hanya merujuk pada surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) dalam menetapkan pasangan capres-cawapres lolos verifikasi persyaratan pasangan calon yang diatur Pasal 5 UU 42/2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

SKCK dulu dikenal dengan sebutan surat keterangan kelakuan baik (SKKB), yakni surat yang hanya dapat diberikan kepolisian pada orang yang belum/tidak pernah melakukan tindak kejahatan sampai tanggal surat diberikan.

KPU sama sekali mengabaikan fakta dan informasi serta bukti-bukti pemecatan Prabowo Subianto atas rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira (DKP) No KEP/03/VIII/1998/DKP tgl 21 Agustus 1998, yang ditindak lanjuti pemberhentian Prabowo dengan Keppres 62/1998 oleh Presiden Habibie, dan pencopotan tanda pangkat oleh Pangab Wiranto dalam sebuah upacara militer.

Sangat aneh KPU dua kali meloloskan verifikasi Prabowo Subianto (tahun 2009 dan 2014) sebagai cawapres dan capres, hanya dengan mengandalkan SKCK.

Dalam konteks ini, SKCK hanya untuk membuktikan tidak pernah dipenjara karena melakukan kejahatan dengan ancaman pidana minimal lima tahun, vide Pasal 5 huruf n UU 42/2008. Memang, Prabowo belum pernah diadili secara pidana, sebagaimana halnya bawahan ysb (anggota Tim Mawar Kopassus).

Karena itu, untuk tindakan tercela berupa pelanggaran disiplin berat atau pelanggaran etika kedinasan tidak tecakup dalam SKCK tersebut. Di sinilah relevansi KPU memverifikasi formil dan meterial persyaratan seorang capres-cawapres, khususnya memverifikasi persyaratan ketentuan Pasal 5 huruf i UU 42/2008.

Pasal 5 huruf i UU 42/2008 menyatakan syarat capres-cawapres tidak pernah melakukan perbuatan tercela. Tentu harus ada pembuktian formil terkait persyaratan ini. SKCK tidak mencakup pembuktian persyaratan tidak pernah melakukan perbuatan tercela secara kedinasan.

Seorang perwira tinggi ABRI yang diberhentikan oleh DKP berati ybs tidak terhormat. DKP merupakan dewan kehormatan. Yang diputus bersalah oleh DKP berarti terperiksa dinyatakan tidak terhormat, sehingga direkomendasikan diberhentikan dari dinas aktif keprajuritan.

Mantan Wakil Panglima ABRI Jenderal (Purn) Fachrul Razi dalam wawancara dengan MetroTV (9/6/2014, pukul 18.43 Wib) menyatakan, bahwa redaksi "diberhentikan dari dinas keprajuritan" dalam Keputusan DKP merupakan penghalusan makna dari "dipecat", hal ini untuk menghormati mertua Prabowo Subianto, HM Soeharto.

Secara substansi-material, seorang perwira tinggi ABRI yang dipecat institusinya karena terlibat penculikan, pembuat kerusuhan dan tindakan indisipliner berat adalah jelas kategori perbuatan tercela, tidak terhormat. Pendapat saya, hal ini memenuhi unsur dalam Pasal 5 huruf i UU 42/2008.

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga mengartikan 'tercela' sebagai, "patut dicela; tidak pantas". Perwira tinggi ABRI terlibat penculikan aktivis sipil, terlibat kerusuhan, dan tindakan indisipliner berat tentulah terkategori perbuatan yang patut dicela atau tidak pantas.

Mustahil menyebut penculikan dan tindakan indispliner berat sehingga berujung pemecatan tsb sebagai tindakan terpuji, sangat pantas, dan layak dihormati. Itu perbuatan hina-dina.

Makin tak terhormat lagi ketika Prabowo mengelak dari tanggung jawab dengan melemparkan kesalahan pada atasannya. "Tanya atasan saya," jawabnya saat ditanya JK dalam debat Capres-Cawapres, Senin (9/6).

Terkait hal ini, kembali mantan Wakil Panglima ABRI Letjen (Purn) Fachrul Razi membantahnya, sebagaimana dikutip dari Kompas (12/6/2014, h.3). Menurut anggota DKP ini, Prabowo memang kerap bertindak di luar komando TNI.

"Tak ada itu lembaga TNI menyuruh menculik. Itu bukan tugas tentara. Apalagi menculik dengan menggunakan Kopassus. Kopassus pasukan elit dan terhormat. Tindakan tersebut merendahkan martabat Kopassus dan TNI," kata Fachrul.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa Keputusan DKP No KEP/03/VIII/1998/DKP tgl 21 Agustus 1998 dan Keppres 62/1998 harusnya jadi bukti formil bahwa Prabowo Subianto tidak memenuhi syarat sebagai capres karena tak memenuhi ketentuan Pasal 5 huruf i UU 42/2008: tidak pernah melakukan perbuatan tercela.

(Sutomo Paguci)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun