Saat pertama membuat ditaburi tepung tapioka, lalu direbus selama lima jam, diremas-remas, baru dicuci bersih. Lalu mulai dibungkus dengan plastik, dan didiamkan ditempat yang hangat. Sebenarnya bisa di dalam laci, tetapi karena laci di rumahnya penuh, maka diletakkan dibawah kasur, selama dua hari dua malam.
Percobaan pertama justru berhasil, meski agak seperti keripik.
Percobaan kedua justru gagal, mungkin karena kedelai kurang kering, sehingga ragi tidak berkembang.
Sampai saat ini belum ada niat untuk memproduksi dalam jumlah banyak untuk dijual, meski Milvi sering buka PO ke teman-temannya misal rempeyek.
Saat ini hanya membuat untuk keperluan keluarga. Dengan kedelai setengah kg diperoleh tiga bungkus tempe.
Selain digoreng, variasi lainnya digulai, urak arik tempe, tempe penyet karena suami suka pedas, bahkan dikonsumsi dalam kondisi mentah.
Meski bila disimpan di freezer bisa awet, namun rasanya berkurang enaknya, sehingga Milvi memutuskan membuat seperlunya saja.
Nah, begini repotnya bila ingin mengkonsumsi tempe di Eropa. Namun dimana ada usaha pasti akan berhasil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI