Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Indahnya Irama Bagpipe

30 Desember 2024   05:00 Diperbarui: 29 Desember 2024   20:09 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagpipe (sumber gambar:merdeka.com)


Akhir tahun 2024, mbak Gana dan keluarga berwisata ke Skotlandia, tepatnya Glasgow dan Edinburg. Skotlandia termasuk bagian dari Inggris Raya (Great Britain) masih menggunakan mata uang pound sterling, namun masih bergabung dengan Uni Eropa. Jadi orang Eropa tidak memerlukan visa untuk masuk Skotlandia, sedangkan orang Indonesia memerlukan visa. Pemegang visa Skotlandia bebas keluar masuk selama enam bulan. Kurs mata uang pound sterling lebih tinggi daripada Euro.

Secara live streaming mbak Gana menyiarkan kehadirannya di Glasgow, dalam suasana yang dingin karena windy, jadi tidak berupa webinar untuk Koteka Talk 208 pada Minggu 29 Desember 2024.

Berangkat dengan pesawat udara dari Frankfurt yang terpaksa mengalami keterlambatan dua jam, karena harus mencairkan badan pesawat yang membeku. Dari Frankfurt ke Skotlandia memerlukan waktu satu jam perjalanan udara, namun waktu di Skotlandia satu jam lebih awal daripada Jerman.

Ketika hendak menyewa mobil, sudah tersedia mobil listrik, hanya fasilitas yang belum ada, justru yang paling vital yaitu fasilitas charging battery. Sehingga akhirnya tetap memilih mobil berbahan bakar fossil.

Yang pertama dilakukan adalah check in di hotel, untuk meletakkan koper. Hotelnya sederhana. Fasilitas makan pagi tidak selengkap di Indonesia. Setelah itu baru jalan-jalan ke mall. Menemukan sebuah jalan yang banyak penjual barang-barang bermerek.

Disana banyak mall yang cukup ramai, apalagi akhir tahun banyak SALE alias diskon besar.

Di sebelah hotel terdapat pub tertua di Skotlandia yang pernah dikunjungi komedian Jerman terkenal. Pub ini beroperasi sejak 1906, memiliki keistimewaan menggantung uang di langit-langit ruangan dari  banyak negara yang berasal dari uang tips, sebagai lambang keberuntungan.

Karena pub menjual minuman beralkohol, naka yang boleh masuk harus sudah berusia 18 tahun ke atas  Pub adalah tempat untuk bersosialisasi, makan, dan minum, uniknya harga makanan jauh lebih murah daripada di tempat lain. Makanan yang dijual umumnya pizza dan soup.

Di Glasgow banyak ditemukan gedung tua yang terawat, yang masih digunakan untuk bisnis dan apartemen.

University of Glasgow (sumber gambar: Scotland.org)
University of Glasgow (sumber gambar: Scotland.org)


Skotlandia sangat multikultural, hampir semua bangsa ada, orang kulit hitam, India, China, dan lain-lain. Selain pemeluk agama Kristen Protestan, 40% penduduknya beragama Islam, sehingga mudah menemukan masjid di Skotlandia.

Namun angka kriminal sangat tinggi, banyak pembunuhan dan kejahatan lain. Kemiskinan sangat terlihat, banyak warga yang tidur di emper toko.

Jalanan dipenuhi sepeda yang menggunakan jalur khusus. Transportasi umum mudah, tersedia bus bertingkat berbahan bakar fossil dan bus listrik satu tingkat, yang sepi penumpang namun beroperasi 24 jam. Jalur dan kemudi mobil mirip Indonesia. Sungai-sungai disana sangat bersih, sehingga banyak angsa asyik berenang.

Kuliner yang paling khas adalah sosis forne, sejenis sosis babi yang dulu merupakan kegemaran raja Inggris dan disajikan seperti sandwich.

Ada juga makanan dari bahan hati, ginjal, dan paru-paru (jeroan) domba, disajikan dengan mashed potato dan labu. Sebutannya, Haggis, Neeps & Tatties.

Cullen Skink, sejenis soup khas Skotlandia. Arbroath smokie, ikan haddock yang diasap.

Tersedia juga Scottish salmon, yang masih segar, di asap atau di panggang. Bagi penggemar daging sapi, jangan lewatkan Abardeen Angus Beef.

Untuk dessert cobalah Cranachan, oatmeal yang dipanggang dan  disajikan dengan krim, rasberry dan madu.

Juga ada short bread, biskuit klasik teman minum teh.

Kuliner Skotlandia banyak dipengaruhi oleh Inggris dan Irlandia. Namun disana banyak rumah makan China, India, Italia, Mexico, dan Timur Tengah.

Meski kita cukup fasih berbahasa Inggris, namun aksen orang Skotlandia sulit ditamgkap apalagi mereka selalu bicara cepat.

Salah satu budaya khas Skotlandia adalah pria yang memakai rok dan memainkan bagpipe, alat musik dengan suara seperti seruling atau terompet.

Belum banyak yang bisa diceritakan, karena baru datang kemarin. Bagi yang ingin mengunjungi Skotlandia, semoga pengalaman ini cukup membantu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun