Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kontroversi Tugu Peringatan 200 Tahun Cornelis Chastelein

3 November 2024   05:00 Diperbarui: 3 November 2024   06:46 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


.

Pendirian tugu ini menimbulkan kontoversi bagi sebagian warga Depok yang bukan termasuk Kaoem Depok. Mereka berkali-kali melakukan aksi demo untuk meruntuhkan tugu ini, dengan alasan berbau kolonial. khususnya bagi warga yang sangat pro Republik.

Sebagian Kaoem Depok banyak yang pindah ke Belanda, karena merasa kurang nyaman tinggal di Depok. Kini hanya tinggal ratusan keluarga, yang sering disebut "Belanda Depok". Secara fisik berkulit gelap seperti penduduk pulau Jawa lainnya, namun fasih berbahasa Belanda. Salah satunya menjadi pakar sejarah Depok, Boy Loen yang kami temui.

Memang dalam memutuskan nasib tugu ini, kita harus melihat dari banyak sisi. Dari sisi semangat kepahlawanan, tentu kita   boleh beranggapan bahwa tugu ini tidak perlu, karena sangat mengkhianati perjuangan.

Sebaliknya, bagi Kaoem Depok, Cornelis dianggap berjasa, karena sudah mrmbebaskan status mereka dari perbudakan, bahkan mewariskan tanah Depok yang pernah dibeli Cornelis.

Jadi, masing-masing pihak mempunyai sisi benarnya, apalagi Cornelis berbeda dengan  orang Belanda lainnya. Cornelis sangat menjunjung tinggi martabat manusia. Bila di bagian tanah bekas jajahan Belanda lainnya, masyarakat sengaja dibuat bodoh dan tertinggal. Cornelis justru mendirikan dua sekolah, satu berbahasa Melayu (cikal bakal SMPN  1 Depok) dan satu berbahasa Belanda. Dan mewajibkan budak-budaknya untuk belajar baca tulis pada sore hari. Jadi tidak seperti orang Brlanda lainnya yang bersifat penjajah murni, Cornelis justru memajukan warga Depok melalui pendidikan, seperti yang dilakukan oleh Inggris oada tanah jajahannya.

Semoga Pemkot Depok dapat menyikapi secara bijak, agar dapat diterina oleh Kaoem Depok dan warga Depok lainnya.

Note: ditulis berdasar penjelasan dan presentasi  Boy Loen pada acara Hertage Depok, kolaborasi Click dan Kreatoria, tanggal 28 Oktober 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun