Saat Kompasiana menyuguhkan makanan beku sebagai menu menarik, saya menyajikan tulisan yang kontroversial. Judulnya '"Kalau Bisa, Hindari Makanan Olahan dan Makanan Beku". Cek di sini. Dalam tulisan itu, saya menyarankan sebaiknya konsumsilah makanan asli (real food).
Eh ternyata beberapa hari kemudian makanan asli (real food) diangkat menjadi topik pilihan  Sekali lagi saya nyatakan bahwa makanan asli kurang praktis dan membutuhkan proses memasak yang lebih lama. Namun secara kesehatan bisa terjamin terhindar dari banyak penyakit.
Makanan asli adalah makanan yang disajikan tanpa proses pengolahan di pabrik, tetapi harus diolah sendiri oleh kita yang menyiapkan masakan. Masakan asli juga berbeda dengan makanan cepat saji (fasi food) yang banyak disajikan oleh gerai-gerai kekinian, yang oleh golongan yang fanatik pada makanan asli disebut sebagai "junk food".
Ciri "junk food" adalah tinggi kalori, kadar garam, dan kadar gula.
Kenapa makansn asli lebih sehat ? Karena makanan asli yang kita konsumsi bebas dari bahan kimia yang digunakan untuk mengawetkan makanan. Makanan asli lebih mengandung nutrisi, namun tidak tahan lama.
Jadi yang tergolong makanan asli adalah makanan yang berasal dari alam, baik hewani maupun nabati.
Untuk karbohidrat dapat dipilih beras, singkong, ubi jalar, jagung, waluh, dan kentang. Sedangkan untuk protein bisa dipilih  daging hewani, termssuk ikan, telur, susu (bukan susu kental manis atau susu bubuk), dan yogurt tanpa pemanis.
Agar benar-benar bermakna sebgai makanan asli, jangan digoreng. Karena gorengan mengandung kaoiri dan minyak yang tinggi.
Jadi, telur goreng, tahu goreng, tempe goreng, pisang goreng, atau singlong goreng itu bukan termasuk makanan asli. Yang termasuk makanan asli adalah makanan yang direbus dan dikukus.
Kecenderungan orang beralih ke makanan asli, kini mulai ada gerakan membangun restoran dengan kebun, kolam dan kandang di sebelahnya.
