Selama ini bila bicara mengenai pencegahan kehamilan, metode yang biasa dipakai adalah memakai kondom atau IUD. Tulisan ini hanya meninjau dari sudut psikologis, tanpa melibatkan pro kontra dari unsur agama manapun.
Memasang IUD pada kaum ibu / wanita, sedangkan pemakaian kondom sangat riskan, karena bila hasrat sudah memuncak, kadang lupa mengenakannya, entah karena habis, atau belum membelinya.
Metode vasektomi diberlakukan pada kaum pria. Dilakukan sebuah operasi ringan pada saluran testis, yang tujuannya mencegah sperma mengalir ke alat vital pria agar tidak mampu membuahi sel telur.
Vasektomi berbeda dengan menjadikan pria sebagai kasim (pria pelayan ratu pada era kerajaan kuno, agar tidak berselingkuh dengan to ratunya).
Memang melakukan vasektomi seakan membuat pria menjadi mandul, karena tidak dapat membuat istrinya hamil. Jadi bagi keluarga muda yang masih menghendaki hadirnya anak, jangan melakukan metoda ini.
Dengan vasektomi, gairah seksual pria masih sama, aktivitas seksual yang dijalankan masih sama, produksi sperma masih sama, termasuk alat vital masih bisa ereksi, sehingga tidak ada perbedaan dengan sebelum vasektomi dilakukan. Pada saat melakukan hubungan suami istri, air mani tetap keluar, hanya tidak mengandung sperma karena sengaja dihambat. Jadi, sama sekali tidak ada masalah dengan kejantanan pria, karena pria masih bisa orgasme dan ejakulasi.
Vasektomi tidak akan membuat kejantanan pria menjadi loyo dan tidak bergairah.
Cara kerjanya adalah laju sperma dihambat, sehingga tidak mampu membuahi sel telur, Â akibatnya tidak akan pernah terjadi pembuahan, sehingga tidak akan terjadi proses kehamilan.
Dengan vasektomi keluarga memang sudah bersepakat untuk tidak menambah jumlah anak. Namun bila seiring jalannya waktu, tiba-tiba ingin memiliki anak, sebuah tindakan medis dapat membuka sumbatan metode vasektomi, sehingga istri bisa hamil lagi. Jadi, tidak bersifat permanen. Namun sebaiknya hal ini tidak dilakukan.
Vasektomi yang permanen dilakukan dengan memoting saluran sperma, sedangkan yang sementara dilakukan dengan menjepit saluran sperma.
Vasektomi hendaknya dilakukan keluarga yang sudah memiliki 3 anak dan berusia mendekati remaja, dan memang sudah berkomitmen untuk tidak menambah jumlah anak.
Mengapa pria enggan melakukan vasektomi ?
Karena mitos selalu mensejajsrkan keperkasaan pria dengan kemampuan nembuat istrinya hamil
Jadi, karena vasektomi tidak bisa membuat istri hamil, maka pria merasa menjadi kurang perkasa.
Di negara kita sistem patriarki lebih dominan, sehingga pria selalu merasa harus menjadi nomor satu dalam keluarga. Itulah sebabnya dalam mencegah kehamilan selalu pihak wanita yang harus melakukan tindakan. Pada intinya pria yang merasa lebih superior atau berkuasa tidak mau haknya  diganggu gugat.
Vasektomi kata lainnya adalah sterelisasi. Sterelisasi juga bisa dilakukan pada wanita, disebut tubektomi. Yaitu memotong atau mengikat saluran sel telur agar tidak bisa mencapai rahim, tempat sel telur dibuahi oleh sperma.
Setelah membaca tulisan ini, semoga kaum pria memahani metoda vasektomi lebih jelas. Vasektomi ? Mengapa tidak ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H