Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Sejarah di Museum Revolusioner di Shanwei

6 Juli 2024   10:15 Diperbarui: 6 Juli 2024   21:49 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandu museum (dokpri?)


Kita akan terkagum-kagum melihat betapa majunya perkembangan pembangunan di kota-kota besar di Tiongkok.

Namun kita perlu melihat sejarah kelam Tiongkok sebelum merdeka pada 1949. Lalu dengan ketegasan yang luar biasa dari setiap pemimpin dalam memberantas korupsi. Kini Tiongkok menjadi negara adidaya yang mampu menyaingi Amerika Serikat. Sehingga politik internasional dunia berubah dari unipolar menjadi bipolar bahkan multi polar

Pada museum ini, kita akan banyak belajar tentang istana merah dan lapangan merah Haifeng yang menjadi cikal bakal kebangkitan Tiongkok. Melalui kekuasaan para buruh dan tani Haifeng.

Untuk memasuki museum ini tidak dikenakan tiket masuk alias gratis. Dan kami berungung, saat berkunjung sedang ada serombongan siswa yang juga berkunjung sehingga kami dipandu seorang pemandu wisata lokal museum ini.

Pemandu museum (dokpri?)
Pemandu museum (dokpri?)


Dari penjelasan pemandu wisata, diperoleh informasi bahwa aksi revolusioner Haifeng adalah salah satu dari 13 basis revolusioner di Tiongkok pada saat itu.

Gerakan buruh dan tani ini dipimpin oleh pendiduk Haifeng bernama Peng Pai yang berasal dari keluarga berada (tuan tanah).

Setelah menyelesaikan kuliahnya di Jepang, Peng Pai meyakini bahwa masalah tanah dan petani adalah masalah paling mendasar dari problem sosial di Tiongkok pada tahun 1920-an.

Karena keyakinannya yang kuat, Peng Pai meninggalkan kehidupan mewah keluarganya dan menjadi pemimpin gerakan tani Tiongkok.

Pemerintah Tiongkok yang saat itu dipimpin Chiang Kai Shek sangat menindas gerakan tani tersebut karena dianggap membahayakan negara. Bahkan Peng Pai sebagai pimpinan harus dibunuh dengan tujuan agar gerakan tani melemah.

Namun tindakan sewenang-wenang Chiang Kai Shek ini justru membuat gerakan ini makin meluas.

Ditandai dengan bergabungnya tentara revolusi Nanchang, dibawah pimpinan Chu De dengan gerakan tani Haifeng. Keduanya bergabung pada basis revolusioner Mao Zedong di Jinggangshan.

Mao Zedong menghargai pengorbanan almarhum Peng Pai dengan menyebutnya sebagai raja gerakan tani Tiongkok.

Pahlawan (dokpri)
Pahlawan (dokpri)

Keberanian dan semangat kepahlawanan pejuang-pejuang ini dikenang sebagai pahlawan Tiongkok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun