Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Menjadi Tua Saja, Jadilah Dewasa

30 Mei 2024   10:00 Diperbarui: 30 Mei 2024   10:01 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ( sumber gambar: elohim.id)


Dalam siklus kehidupan manusia, otomatis akan bertransformasi dari lahir, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, lanjut usia (lansia), dan meninggal dunia.

Meski kita sudah berumur 20-40 tahun, secara umur kita sudah dianggap dewasa, tolok ukurnya jelas, sudah memiliki KTP, layak bekerja, dan boleh menikah atau membentuk keluarga baru. Namun, apakah kita benar-benar sudah dewasa dalam sikap, emosi, dan pola pikir ?

Banyak yang dewasa secara umur saja, tetapi belum dewasa secara keseluruhan, terbukti mudah marah, atau tidak sanggup mengendalikan emosi, tidak bijak, selalu ingin menang, mudah tersinggung, merasa dirinya hebat, selalu ingin dihargai, tidak bisa membedakan antara bercanda dengan hal yang serius.

Semua gejala ini menunjukkan kita cenderung menua secara umur,namun tidak bertumbuh kedewasaannya.

Lihatlah, perilaku seseorang yang bertambah tua, ia akan ingin lebih dihargai, karena merasa sudah memiliki banyak pengalaman. Merasa paling pintar, terutama bila dibandingkan generasi dibawahnya.

Memang secara otomatis orang akan makin menua. Namun tidak selalu diikuti dengan meningkatnya kedewasaan.

Menjadi dewasa artinya bertambah matang dalam mengendalikan emosi, bijak, dapat hidup mandiri maupun berkelompok, pandai memanfaatkan waktu untuk kegiatan yang bermanfaat (produktif), serta berani bertanggung jawab atas setiap tindakan yang telah dilakukannya.

Menjadi tua akan datang dengan sendirinya, menjadi dewasa harus melakukan persiapan.

Menjadi dewasa, kita harus sanggup mengendalikan emosi. Mengelola pikiran dengan mempertimbangkan untung ruginya, tidak sembrono, selalu penuh perhitungan.

Menjadi dewasa berarti meninggalkan sikap kekanak-kanakan, tidak bertanggung jawab, cengeng, berbuat semaunya sendiri, serta tidak memiliki komitmen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun