Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Kopi Bah Sipit, UMKM Legendaris Bogor

28 Mei 2024   10:00 Diperbarui: 28 Mei 2024   10:03 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ragam produk  (dokpri)

Jadi suasananya memang berbeda bila dibandingkan gerai kopi kekinian seperti yang ada di mall maupun gerai kopi Bajawa atau Jiwan.

Sungguh beruntung saat berkunjung, penulis bertemu cucu alm. Yoe Hong Keng, Nancy, yang sekarang melanjutkan bisnis warisan keluarga.

Produk kopi yang dipasarkan UMKM ini sebenarnya bermerek Kacamata, kenapa lebih dikenal dengan nama Kopi Bah Sipit?

Nama ini diberikan oleh pelanggannya yang rata-rata warga keturunan Arab. Panggilan 'bah' adalah panggilan akrab bagi pendirinya, Yoe Hong Keng. Sedangkan 'sipit" adalah nama yang berdasar dari fisik Yoe yang bermata sipit, karena pelanggan sulit menghafal nama Yoe Hong Keng.

Lalu kenapa disebut kopi legendaris? Karena kopi ini tahun depan tepat berusia satu abad atau 100 tahun. Yoe Hong Keng mulai berjualan kopi sejak 1925.

Kopi Bah Sipit ada ditengah persaingan yang ketat dengan kopi essence dan kopi mesin espresso. Kopi essenxe menyihir  dengan aromanya yang harum, sementara kopi mesin memanjakan dengan tempatnya yang cozy. Padahal bisnis kopi itu rumit dan profitnya tipis. Kopi Bah Sipit dapat eksis karena  kualitasnya, sedang kualitas hanya bisa dipahami oleh penikmat kopi sejati.

Itulah sebabnya dari segi harga kopi Bah Sipit sulit bersaing, karena harus mempertahankan kualitas. Juga tidak dapat menggunakan sebaran pemasaran seperti toko-toko lain, karena kopi premium dijual dengan harga premium maka hanya dapat dibeli pada tokonya langsung, reseller atau secara daring (e-commerce).

Secara produksi, kopi didatangkan dari perkebunan kopi di Bogor dan Lampung. Lalu prosesnya masih bersifat rumahan, belum selevel pabrik, termasuk proses roasting.

Saat pandemi melanda dunia, ayah Nancy sedang sakit. Sementara bisnis sedang sulit, sehingga nyaris tutup. Apalagi ketiga anak dari generasi kedua tidak ada yang berminat meneruskan bisnis keluarga ini. Kakak dan adik Nancy berdomisili di luar negeri, sedang Nancy sendiri sudah memiliki bisnis sendiri.

Nancy suatu hari tergugah dan merasa sayang bila bisnis keluarga ini harus tutup. Maka Nancy atas persetujuan keluarganya dan saudaranya, Nancy memutuskan untuk melanjutkan bisnis keliarga ini.

Sekarang setelah masa pandemi lewat, bisnis mulai stabil, dan Nancy terus melakukan diversifikasi produk agar bisa diterima semua generasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun