Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Susahnya Menjadi Kelas Menengah

3 Maret 2024   10:00 Diperbarui: 3 Maret 2024   10:13 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Survei yang dilakukan oleh harian Kompas itu ada benarnya. Masyarakat kelas menengah ini yang paling rentan dari dampak perubahan ekonomi, contoh : kenaikan harga sembako.

Kelas Menengah ini memang kalangan yang tanggung, mau jadi kaya susah, dikatakan miskin ya ogah, karena terbukti tidak menerima bansos dari Pemerintah. Karena mereka masih memiliki kendaraan pribadi, meski hanya roda dua, nyicil lagi. Meski rumah ngontrak, tapi masih bisa nongki cantik di gerai kopi kekinian, dan pada akhir bulan masih bisa nonton di bioskop atau masuk restoran waralaba asing. Yang jelas masih punya gawai dengan kuota yang cukup untuk bersosmed ria.

Mengapa mereka tidak dapat mempromosikan dirinya menjadi kaya?

Karena syarat untuk menjadi kaya itu tidak mudah. Tidak melalui pola hidup "frugal living", kita bisa tiba-tiba promosi jadi orang kaya.

Kalau dulu ada istilah "Hemat Pangkal Kaya". Rasanya pada era digital atau zaman now ini, istilah itu sudah tidak berlaku lagi

Mau berhemat? Lalu uang ditabung di bank? Bunganya sangat kecil. Bunga Deposito saja hanya sekitar 3-4% per tahun. Mau bunga lebih besar harus berinvestasi di obligasi yang mengharuskan jangka waktu lebih lama, tetapi tidak dapat diuangkan tiba-tiba bila ada keperluan.

Agar bisa cepat kaya, kita harus berinvestasi yang nyrempet bahaya. Istilahnya, mau untung besar, harus berani menghadapi resiko besar.

Bila mau dikelola oleh bank atau fund manager bisa melalui reksadana. Tapi kalau bisa meluangkan waktu, untuk mengikuti pergerakan nilai saham di bursa, bisa menjadi pemain saham. Resikonya ada sih, kalau sukses, bisa cepat promosi jadi orang kaya, seperti teman saya yang tiap bulan bisa pergi liburan. Tapi bila gagal, bisa terdegradasi ke kelas miskin. Asal jangan sampai terlibat hutang dari pinjol illegal saja. Karena hidup bakal tidak tenang, karena selalu diterror debt collector.

Syarat menjadi kaya lainnya adalah agak "nakal", bila statusnya karyawan, baik ASN atau karyawan swasta tapi merangkap bekerja lain, atau istilahnya "moonlighting". Jadi, sambil bekerja sebagai karyawan, memiliki usaha sendiri. Tentu dimulai dari UMKM lalu membesar hingga menjadi kontraktor. Kalau hanya sekedar bekerja rangkap, masih sangat sulit untuk beralih ke kuadran kaya. Karena gaji dua kali dari kerja pagi & malam, misal pagi sebagai karyawan, malam sebagai dosen, biasanya tidak diikuti peningkatan prestasi. Sehingga kenaikan gaji hanya menunggu kenaikan tahunan saja.

Jadi agar bisa promosi menjadi kaya haruslah berani menjadi wiraswasta. Menjadi Direktur atau Komisaris perusahaan sekalipun, belum tentu bisa menjadi kaya, kecuali kita berkarier di perusahaan papan atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun