Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Impor Gandum Sudah Lebih Besar dari Beras

10 November 2023   10:00 Diperbarui: 10 November 2023   10:02 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu mana yang darus diutamakan? Beras atau gandum? Keduanya masih impor, meski impor gandum lebih besar.

Untuk mengurangi ketergantungan pada impor, lebih mudah menanam beras daripada gandum. Tinggal mengalokasi bangunan yang menempati lahan bekas sawah untuk dikembalikan menjadi sawah. Namun bagaimana mengatasi selera penduduk yang sudah addict terhadap mie cepat saji?

Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah harus mempunyai program kampanye besar-besaran untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap mie cepat saji. Harus diarahkan untuk melakukan disrupsi dari gandum dan beras ke makanan pengganti.

Kita dapat nembudayakan mengganti gandum dan beras dengan umbi-umbian, seperti kentang, ubi kayu (singkong), ubi jalar (ketela rambat), dan labu waluh (pumpkin), atau jagung.

Umbi-umbian dapat dimasak secara bervariasi agar tidak bosan. Misal kentang dapat dibuat kentang goreng (French Fries). Dapat pula dibuat mashed potato (kentang tumbuk), kentang panggang, atau potato wedges (kentang iris).

Marilah kita merubah kebiasaan tergantung pada gandum dan beras ke umbi-umbian, guna mengurangi impor kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun