Lalu mana yang darus diutamakan? Beras atau gandum? Keduanya masih impor, meski impor gandum lebih besar.
Untuk mengurangi ketergantungan pada impor, lebih mudah menanam beras daripada gandum. Tinggal mengalokasi bangunan yang menempati lahan bekas sawah untuk dikembalikan menjadi sawah. Namun bagaimana mengatasi selera penduduk yang sudah addict terhadap mie cepat saji?
Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah harus mempunyai program kampanye besar-besaran untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap mie cepat saji. Harus diarahkan untuk melakukan disrupsi dari gandum dan beras ke makanan pengganti.
Kita dapat nembudayakan mengganti gandum dan beras dengan umbi-umbian, seperti kentang, ubi kayu (singkong), ubi jalar (ketela rambat), dan labu waluh (pumpkin), atau jagung.
Umbi-umbian dapat dimasak secara bervariasi agar tidak bosan. Misal kentang dapat dibuat kentang goreng (French Fries). Dapat pula dibuat mashed potato (kentang tumbuk), kentang panggang, atau potato wedges (kentang iris).
Marilah kita merubah kebiasaan tergantung pada gandum dan beras ke umbi-umbian, guna mengurangi impor kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya