Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Novel Fiksi yang Mencuri Perhatian

1 November 2023   10:00 Diperbarui: 14 November 2023   14:31 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sunu mengawali dengan menyatakan Dyah yang hadir di padepokan bahkan pada Temu Ageng karena bertugas membantu Hamoroto menjelaskan tentang Kejawen pada anaknya, Paksi. Orang Jawa yang tinggal di kota dan sama sekali belum mengerti tentang Kejawen. Apalagi soal padepokan yang didirikan oleh kakeknya, Kromo atau Ki Andong.

Menurut Sunu, novel ini hampir sealiran dengan novel karya Ahmad Tohari, "Ronggeng Dukuh Paruk". Tentang makam yang menjadi kiblat suatu keyakinan. Dalam "Kelir", makam Ki Lanang Alas, pengawal prabu Brawijaya V yang menolak masuk Islam dan moksa di gunung Candil, yang dibangun Kromo atas permintaan Jenderal dari Jakarta.

Pada era politik pembangunan, banyak makam dibangun oleh Jenderal dari Jakarta yang menjadi kiblat kebatinan sebagai legitimasi masyarakat. Meski aliran kepercayaan saat itu belum tercatat sebagai agama resmi yang diakui Pemerintah. Namun kebatinan sangat berperan dalam politik.

Novel "Kelir" juga berkisah tentang Kromo yang diselamatkan oleh lupa, sehingga terhindar dari penangkapan oleh pihak militer terhadap warga desa yang berkumpul di balai desa. Kromo yang lari ke gunung dan tidur, dirumorkan sedang menjalankan ritual di gunung yang terkenal angker, sehingga saat turun gunung dinobatkan sebagai ahli dalam mengobati orang sakit.

Makam yang menarik untuk diziarahi, sama halnya dengan pengalaman Sunu saat sedang melakukan riset di makam mbah Joyo di Gunung Kawi, yang sampai sekarang masih menjadi tempat pemujaan banyak orang.

Kritik Sunu pada novel "Kelir" hanya membahas tentang Kejawen, tapi lupa membahas tentang Sabdo Sejati sebagai ajaran Ki Lanang Alas.

Juga banyak typo pada penulisan kata yang seharusnya menggunakan dua huruf "k", seperti menampakan, menggerak-gerakan: serta penulisan kerta dan raharja.

Menurut Sunu, novel dengan kandungan percintaan, politik dan klenik ini pasti akan menimbulkan pro dan kontra seperti halnya "Ronggeng Dukuh Paruk". Meskipun nama-nama tempat sudah disamarkan atau diplesetkan, juga novel ini adalah fiksi meski menyebut-nyebut tokoh sejarah, seperti Brawijaya.

Mengakhiri pembedahannya, Sunu mengapresisi terbitnya novel ini karena menambah lengkap sastra Indonesia. Hanya perlu riset yang lebih mendalam lagi, sehingga mampu membuka tabir makam Ki Lanang Alas

Novel "Prasa"

Sebelum Isson membedah novel "Prasa", Devie Matahari membacakan nukilan novel "Prasa". Dengan mengambil bab 1 tentang Shama yang terdapat pada novel "Prasa". Devie juga membacakan dengan gaya puitis, apalagi novel ini sangat banyak mengandung  kalimat-kalimat puitis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun