Beberapa hari yang lalu, kami mendapatkan undangan untuk mengikuti pengambilan gambar (tapping) acara Gagas RI di studio Kompas TV.
Seperti biasa, acara Gagas RI membahas tema yang diharapkan menjadi gagasan untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik guna nenyambut era emas 2045 (100 tahun merdeka).
Pada Gagas RI episode ke 5, dibahas tema "Etika Indonesia dalam Tantangan".
Dihadirkan Romo Frans Magnis Suseno sebagai narasumber dengan dua penanggap, Luh Gede Saraswati dan Budi Muliawarman.Acara dipandu dengan apik oleh penulis kolom politik Kompas, Sukidi Muliadi.
Munculnya KKN, politik dinasti, dan tumpulnya supremasi hukum, setelah reformasi 1998, menimbulkan kecemburuan pada warga yang berbeda etnis dan agama. Tergerusnya nilai-nilai etika, yang kemudian menjadi kebiasaan, hendaknya diakhiri, dan kita menemukan kembali Etika Indonesia.
Acara ini dapat sepenuhnya dinikmati melalui program Kompas TV dalam kurun 5-7 hari ke depan, setelah melalui  proses penyuntingan. tulisan ini hanya sebagai pengantar, agar pemirsa tertarik untuk menontonnya, tanpa bermaksud membagikan spoiler.
Dalam pemaparannya, Romo Magnis yang sudah sangat sepuh (berusia 87 tahun) menyebutkan bahwa sumber Etika Indonesia terdapat pada Sumpah Pemuda dan Panca Sila.
Paska reformasi, rakyat Indonesia memiliki demokrasi, hak asasi manusia dan dilaksanakannya Panca Sila.
Namun demokrasi yang kebablasan berakibat munculnya oligarkhi dan makin maraknya korupsi baik di Legislatif, Eksekutif maupun Yudikatif.
Jadi, kunci untuk menentukan masa depan Indonesia adalah Pemilu. Maka, kita mengharapkan kualitas etis para wakil kita, yakni jujur, berwawasan luas, berkomitmen pada keadilan, bebas korupsi, dan sadar pada tanggung jawab yang dipikulnya.
Tolak segala bentuk kekerasan, mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia, harus mampu mengatasi korupsi dan berhenti merusak lingkungan hidup.