Surganya penyelam
Terdapat 28 titik (spot) penyelaman (diving). Diantaranya di laut yang terdapat reruntuhan peaawat Bristol Beaufort yang tertenbak jatuh saat Perang Dunia II, kapal selam yang karam dan bangkai tank diantara terumbu karang yang indah. Bagi petualang bawah laut, keindahan biota laut dan terumbu karang ini tidak dapat dilewatkan begitu saja.
Bagi kita yang belum memiliki sertifikat menyelam, dapat melakukan snorkeling di pulau Kolorai dan pulau Tabilenge.
Bagi yang penasaran dan ingin belajar menyelam dapat menuju desa Wayabula, Morotai Selatan Barat. Disini terdapat basecamp menyelam dengan standar CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan Enviromental Sustainability).
Bagi yang tidak berminat menyelam dapat menuju air terjun Wayabula, namun cukup jauh dan sulit, karena jalanan belum bagus. Kita juga dapat menyaksikan ikan hiu sirip hitam, tentu dengan dipandu pemandu. Juga dapat menyaksikan atau membeli kerajinan rakyat berupa kerajinan kerang, mutiara dan camilan.
Kuliner Morotai
Bila pergi ke suatu tempat, tentu kita ingin mencicipi kuliner lokal. Kuliner Morotai mirip dengan kuliner Maluku.
Â
Ada nasi jaha, terbuat dari beras bercampur santan yang dibungkus daun kemudian dibakar di dalam bambu.Ikan gohu dengan bumbu kemangi, garam, dan bawang.
Camilannya ada kue bagea dengan rasa manis dan gurih. Terbuat dari tepung sagu dengan pala, kayu manis, dan gula merah. Selain itu ada pula kue waji, kue halua kacang, kue panggang kenari. Juga ada papeda dan air guraka.
Penduduk
Kebanyakan adalah pendatang, didominasi oleh suku Tobelo dan suku Galela. Para pendatang ada yang dari Jawa, Sumatera, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Tionghoa Maluku. Agama juga beragam, ada Islam, Kristen, Hindu, Buddha dan Konghucu.
Meski berbeda suku dan keyakinan, mereka hidup damai saling bertoleransi dan gotong royong serta menikah dengan warga lokal serta mencari nafkah bersama.