Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Museja, Museum Favorite dengan Pengunjung Terbanyak

24 September 2023   10:00 Diperbarui: 20 Desember 2023   14:19 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indra & Alex  (dok: Steven)

Saat masa pandemi (Agustus 2022), saya sempat ke Museum Sejarah Jakarta (Museja), tetapi tidak diperkenankan masuk. Hari Kamis, 21 September 2023 bersama teman-teman HPI DKI Jakarta, saya akhirnya berhasil memenuhi rasa penasaran saya tentang Isi museum ini.

Terlebih kami dipandu langsung oleh papi Alex, koordinator pemandu Museja yang juga seorang dalang. Mengingat luasnya Museja, papi Alex berduo dengan Pak Pendi saat memandu kami.

Setelah seluruh peserta berkumpul di depan Museja, kami langsung masuk melalui pintu Barat, mendapatkan briefing dari papi Alex di ruang yang dihiasi mural suasana Jakarta tempo dulu. Bahkan kami sempat disuguhi welcome drink, guna mendinginkan tubuh di saat panas Jakarta mencapai 33 derajat Celcius.

Mural (dok: Irfan)
Mural (dok: Irfan)

Kami langsung menyimak penjelasan papi Alex yang menyampaikan bahwa prestasi Museja sebagai museum dengan Pengunjung Terbanyak tercatat dalam rekor dunia. 

Pada hari biasa (weekday - Selasa hingga Jumat) sekitar 1 juta pengunjung tiap hari. Pada akhir pekan (weekend Sabtu & Minggu dapat mencapai 5;juta per hari. Museja juga sering dijadikan ikon Jakarta, disamping Monas dan elang bondol.

Museja (dokpri)
Museja (dokpri)

Museja dulunya pernah digunakan untuk kantor gubernur jenderal Belanda, balaikota, kantor pengadilan, penjara bawah tanah, sekaligus tempat pelaksanaan hukuman mati.

Briefing ini diperlukan sebagai gambaran awal tentang isi museum. Pada pintu masuk museum, kami disambut sepasang ondel-ondel. Pada dasarnya, Museja berisikan koleksi sejarah perkembangan Jakarta.

Sebelum memasuki area museum, kami sempat mengunjungi bekas penjara wanita bawah tanah, dimana Cut Nya Dien, pahlawan wanita asal Aceh pernah ditahan disini. Juga terdapat penjara Pangeran Diponegoro, sebelum dibuang / diasingkan ke Makassar. Sayang tidak dapat dikunjungi karena sedang dalam renovasi.

Ketika mulai memasuki area museum, kami pertama kali disambut batu hitam dengan bekas jejak Raja Tarumanegara, Purnawarman dan gajahnya. Koleksi ini hanya replika, aslinya terdapat di Bogor. Koleksi ini terdapat pada ruang jaman pra sejarah.

Lalu banyak temuan purbakala dari daerah Buni Bekasi hingga Krawang. Yang menjadi koleksi masa jaman batu era megalitikum. Manusia sudah tidak berburu lagi, tetapi sudah bertani. Bukti-bukti berupa alat pertanian dan alat memasak.

Dilanjutkan dengan ruang kerajaan Sunda,  yang memiliki kekuasaan yang sangat berpengaruh, sebelum ada kerajaan Cirebon. Hingga ada perjanjian antara Portugis dan kerajaan Sunda.

Perjalanan dilanjutkan ke lantai dua dengan menapaki tangga kayu jati yang sangat kokoh. Di bagian depan lantai dua terdapat jendela balkon tempat Gubernur Jendetal memimpin pelaksanaan hukuman mati. Sebelum hukuman mati dilakukan, selalu dibunyikan lonceng kematian.

Kembali memasuki ruang museum di lantai dua kami menikmati ruang arsitektur Indie yang banyak dibangun pada era 1799-1942, contoh bangunan seperti Istana Negara, Istana Merdeka, Gedung AA Maramis, Kantor Pos Pasar Baru,  Museum Seni Rupa & Keramik, Museum Wayang, dan Stasiun Jakarta Kota (BEOS).

Juga terdapat meja tempat Gubernur Jenderal beserta hakim memutuskan hukuman mati, serta lemari arsip.

Koleksi Museja juga menampilkan perbagai alat ukur, alat makan minum, lemari kayu, sekàt ruangan yang pernah dioergunskan. Bahkan masih menyimpan pedang jeadilan yang pernah digunakan untuk memancung leher terpidana mati.

Juga merekam masa kelam Jakarta, saat dibantainya ribuan orang Tionghoa hingga muncul nama Gunung Sahari, berasal dari tumpukan mayat dan kali Angke, sungai beraroma mayat yang tidak sedap. Akibat peristiwa ini banyak orang Tionghoa melarikan diri ke Tangerang, Bogor, Cirebon, Bandung bahkan hingga Semarang.

Museja juga mencatat tahun-tahun kebangkrutan VOC, hingga ditutup dan digantikan Pemerintah Hindia Belanda.

Terdapat pula bukti-bukti orang Betawi sebagai cikal bakal orang Jakarta, lalu masuknya pendatang.

Kami juga menyaksikan timeline sejarah nama Jakarta, yang semula bernama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, Batavia, kembali ke Jayakarta hingga Jakarta.

Saat berada di dalam ruang museum, kami menyaksikan pengunjung lalu lalang dengan didampingi pemandu maupun sendiri, baik orang asing, anak sekolah, keluarga maupun perorangan. Inilah bukti, bahwa Museja sangat diminati pengunjung.

Di bagian akhir dekat dengan pintu keluar, terdapat toko cindera mata Jakarta. Lalu dari  pintu keluar, kami menyaksikan penjara bawah tanah di bagian bawah. Sedangkan di bagian luar terdapat patung Hermes, dewa perdagangan yang dulu pernah terpasang di kawasan Harmoni.

Hermes (dok: Ira)
Hermes (dok: Ira)

Di seberangnya terdapat gerai-gerai kuliner Betawi, seperti es selendang mayang, tahu gejrot, kerak telor dan lain-lain. Sebagai akhir trip kali ini, kami kembali dijamu oleh papi Alex dengan segelas es selendang mayang yang colorful dan segar.

Indra & Alex  (dok: Steven)
Indra & Alex  (dok: Steven)
Berakhir sudah waktu untuk mengeksplorasi Museja. Memang museum sanggup bercerita banyak tentang sejarah sebuah kota.

Sudah pernahkah Anda masuk Museja?.Kalau bukan kita yang menghargai, merawat dan mencintai museum, siapa lagi ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun