Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Commuter Line Transportasi Umum Andalanku

23 Agustus 2023   05:00 Diperbarui: 23 Agustus 2023   05:08 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kereta api adalah transportasi umum jalur darat yang paling kupercayai bila keluar kota, setelah mengalami kecelakaan dengan menggunakan mobil travel dalam perjalanan Semarang - Jakarta.

Untuk kebutuhan transportasi umum di dalam kota, saat masih boleh mengendarai kendaraan roda empat, aku sering menggunakan bus, angkutan kota (angkot), Trans Jakarta, MRT dan commuter line, karena saat itu LRT belum ada. 

Aku menggunakan transportasi umum biasanya pada akhir pekan, karena sudah jenuh mengarungi kemacetan pada hari kerja dimana aku harus aktif mengunjungi pelanggan atau rapat dengan principal. 

Biasanya berangkat menggunakan commuter line yang dioperasikan PT KAI Commuter atau Trans Jakarta bila ingin menuju suatu lokasi, kadang harus berganti moda transportasi bila letak tujuan tidak dilalui jalur commuter line atau Trans Jakarta. Bisa bus kota, angkot atau ojek.

Meski menggunakan transportasi umum harus mengikuti jalur yang sudah ditentukan, sehingga waktu perjalanan lebih lama. Namun bila dibandingkan waktu yang tertahan karena kemacetan di jalan, masih lebih cepat.

Contoh, dari Tangerang Selatan ke Tangerang, harusnya dekat. Namun jalur yang sudah tersedia dari Tangerang Selatan harus menuju stasiun transit Tanah Abang, Jakarta Pusat, lalu ke stasiun Duri, Jakarta Barat baru ke stasiun Tangerang. Cukup berputar khan?

Misal, ingin pergi ke kawasan Kota Tua Jakarta, aku cukup menggunakan  commuter line dari stasiun Sudimara, transit di stasiun Tanah Abang lalu ke stasiun Manggarai. Berpindah lagi ke stasiun Kota, tibalah di kawasan Kota Tua. Lebih cepat, aman, murah, dan lancar.

Bila ingin ke mall Grand Indonesia, naik angkot ke stasiun Lebak Bulus lalu dengan MRT ke stasiun Hotel Indonesia, tibalah di Grand Indonesia.

Bila ingin berburu kuliner di kawasan Glodok, dapat menggunakan Trans Jakarta dari halte Lebak Bulus ke halte pusat di Harmoni. Lalu pindah jurusan Kota, turun di halte Glodok.

Kini, setelah keseimbangan tubuhku berkurang, karena sakit, aku lebih mengandalkan commuter line karena lebih nyaman daripada Trans Jakarta.

Itulah sebabnya aku hampir pernah mengenali stasiun terujung di Jabodetabek. Ke stasiun Kota biasa bila ingin ke kawasan Kota Tua. Ke Cikarang, saat mengikuti acara "Jelajah Click ke Cikarang",  dari stasiun Manggarai ke stasiun Cikarang. Stasiun Bekasi, hanya dilalui, tidak turun. Naik ke jurusan Cikarang juga harus memperhatikan stasiun akhir, karena ada yang hanya berhenti di stasiun Bekasi dan ada yang ke stasiun Cikarang.

Stasiun Tangerang, saat aku berburu kuliner di Pasar Lama Tangerang. Setelah transit di stasiun Tanah Abang lalu ke stasiun Duri, dari stasiun Duri ke stasiun Tangerang

Saat mengikuti acara "Koteka Trip ke Bogor", mengenal stasiun Bogor. Meski belum mengenal ujung stasiun di Nambo.
Untuk jalur ke Bogor, juga perlu diperhatikan, karena kadang hanya berhenti hingga stasiun Depok, atau tidak ke stasiun Bogor melainkan ke stasiun Nambo. Sedangkan stasiun Kampung Bandan, kukenali saat pulang dari "Jelajah Click ke Yogya", dari stasiun Pasar Senen ke stasiun Kampung Bandan lalu ke stasiun Duri dan stasiun Tanah Abang.

Sedangkan stasiun Rangkasbitung, kukenal saat mengikuti "Ketapels Goes To Banten Lama". Naik commuter line jurusan ini juga harus teliti, karena stasiun terakhirnya sering berganti-ganti. Kadang sampai stasiun Rangkasbitung, kadang hanya sampai stasiun Parung Panjang atau stasiun Serpong.

Menggunakan commuter line jadi mengenal  trick bila harus mengunjungi lokasi tertentu. Misal bila mau turun di stasiun Pasar Senen, harus menuju jurusan stasiun Jatinegara lalu berpindah  ke jalur Kampung Bandan agar dapat turun di stasiun Pasar Senen. Bila ingin ke stasiun Gambir, juga harus turun di stasiun Gondangdia karena  commuter line tidak berhenti di stasiun Gambir.

Akibat sering transit di stasiun Manggarai, jadi lebih mengenal seluk belum peron yang ada. Meski stasiun Manggarai, stasiun yang ramai dan memiliki tiga tingkat, namun petunjuknya mudah dipahami. Misal, lantai 1 adalah peron ke Tanah Abang atau Kampung Bandan. Lantai 2 adalah peron bila ingin ke stasiun Bekasi atau stasiun Cikarang. Sedangkan lantai 3 bila ingin ke stasiun Bogor atau Kota.

Saat ingin naik  commuter line juga harus melihat arah peron, semula aku belum tahu, hingga pernah salah naik kereta. Dari stasiun BNI City ingin ke stasiun Tanah Abang langsung naik, ternyata salah peron, dan naik ke jurusan stasiun Manggarai, sehingga terpaksa turun di stasiun Sudirman.

Fasilitas

Menggunakan commuter line  sangat nyaman bagi orang seumuran aku, karena mendapatkan prioritas. Karena tergolong lansia, petugas di dalam kereta akan mencarikan tempat duduk atau penumpang lain yang paham aturan selalu berdiri dan memberikan tempat duduknya saat getbong penuh sesak. 

Prioritas ini berlaku pula bagi ibu hamil, ibu dengan balita, dan kaum disabilitas. Bahkan KAI Commuter telah menyediakan tempat duduk prioritas di dekat pintu sambungan kereta, namun penumpang sering pura-pura tidak paham, meski sering diperingatkan melalui pemberitahuan saat kereta berjalan.

Commuter line juga sangat peduli terhadap aksi pelecehan seksual di dalam kereta. Maka bila gerbong padat, sering diingatkan melalui pemberitahuan agar penumpang wanita waspada terhadap aksi pelecehan seksual ini. Agar tidak segan melaporkan kepada petugas di dalam kereta,  minta bantuan penumpang lain atau pindah ke gerbong lain. Bahkan dua gerbong, awal dan akhir selalu diprioritaskan untuk wanita.

Bagi yang membawa bawaan diharapkan menyimpannya di rak atas, agar tidak mengganggu penumpang lain. Namun selalu dingatkan agar jangan tertinggal di kereta. Juga tiket atau kartu jangan sampai tertinggal di kereta. Karena nanti akan kesulitan di pintu keluar. 

Saat ingin naik commuter line, juga sebaiknya melakukan top up saldo kartu multi trip atau menyiapkan uang elektronik secukupnya. Karena bila tidak ada saldonya, tidak akan bisa memasuki kawasan stasiun.

Meski tersedia petugas cleaning service, namun penumpang dihimbau agar selalu nenyimpan sampah dan membuangnya di tempat sampah saat turun di stasiun dan tidak nembuang sampah di gerbong.

Aturan lain yang harus ditaati saat di dalam kereta adalah dilarang duduk di lantai gerbong, karena akan mengganggu penumpang lain. Juga dilarang makan minum di dalam kereta, kecuali saat waktu berbuka puasa pada bulan Ramadan.

Meski tiap selesai meninggalkan stasiun selalu menyebutkan stasiun pemberhentian berikutnya, pada saat menjelang berhenti selalu ada prmberitahuan. Penumpang juga dapat mengetahui stasiun tujuan dengan melihat papan petunjuk jalur stasiun yang dilalui. Menjelang stasiun transit, juga selalu diberitahukan harus pindah ke peron nomor berapa.

Fasilitas lain yang penting adalah tersedianya toilet yang bersih di tiap stasiun. 


Pengalaman di Solo

Selain sering menggunakan  commuter line di Jabodetabek, yang rata-rata kereta bekas layak pakai dari Jepang. Aku juga pernah menaiki commuter line yang baru buatan dalam negeri, PT. iNKA.

Kereta api baru ini dengan warna merah putih dengan fasilitas yang serupa dengan kereta buatan Jepang. Aku menaiki saat berada di kota Yoyakarta ingin menuju kota Solo.

Commuter line berangkat dari stasiun Tugu, Yogyakarta dan berhenti di stasiun Solo Balapan. Saat pulang dari Solo ke Yogyakarta, aku dan beberapa teman sedang makan siang di Solo bersama Lintang, Kompasianer asal Solo  Demi efisiensi, kami naik dari stasiun Purwosari dan tidak dari stasiun Solo Balapan. Meski teman-teman lain pulang dari stasiun Solo Balapan. Namun karena  commuter line Yogyakarta - Solo ini masih jarang, maka kami dapat bertemu dalam satu kereta juga.

Hal yang harus diperbaiki

Meski sudah tersedia tangga manual, sebaiknya lift dan eskalator dapat selalu berfungsi, kecuali sedang dalam perawatan. Karena fasilitas ini sangat berguna bagi para lansia, ibu hamil, ibu dengan balita, dan kaum disabilitas.

Meski aku sering melihat petugas membantu, khususnya bagi kaum disabilitas, namun bila fasilitas ini dapat berfungsi maksimal akan memberikan kesempurnaan bagi KAI Commuter.

Semoga KAI Commuter dengan commuter line nya selalu menjadi transportasi umum terpercaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun