Itulah sebabnya aku hampir pernah mengenali stasiun terujung di Jabodetabek. Ke stasiun Kota biasa bila ingin ke kawasan Kota Tua. Ke Cikarang, saat mengikuti acara "Jelajah Click ke Cikarang", Â dari stasiun Manggarai ke stasiun Cikarang. Stasiun Bekasi, hanya dilalui, tidak turun. Naik ke jurusan Cikarang juga harus memperhatikan stasiun akhir, karena ada yang hanya berhenti di stasiun Bekasi dan ada yang ke stasiun Cikarang.
Stasiun Tangerang, saat aku berburu kuliner di Pasar Lama Tangerang. Setelah transit di stasiun Tanah Abang lalu ke stasiun Duri, dari stasiun Duri ke stasiun Tangerang
Saat mengikuti acara "Koteka Trip ke Bogor", mengenal stasiun Bogor. Meski belum mengenal ujung stasiun di Nambo.
Untuk jalur ke Bogor, juga perlu diperhatikan, karena kadang hanya berhenti hingga stasiun Depok, atau tidak ke stasiun Bogor melainkan ke stasiun Nambo. Sedangkan stasiun Kampung Bandan, kukenali saat pulang dari "Jelajah Click ke Yogya", dari stasiun Pasar Senen ke stasiun Kampung Bandan lalu ke stasiun Duri dan stasiun Tanah Abang.
Sedangkan stasiun Rangkasbitung, kukenal saat mengikuti "Ketapels Goes To Banten Lama". Naik commuter line jurusan ini juga harus teliti, karena stasiun terakhirnya sering berganti-ganti. Kadang sampai stasiun Rangkasbitung, kadang hanya sampai stasiun Parung Panjang atau stasiun Serpong.
Menggunakan commuter line jadi mengenal  trick bila harus mengunjungi lokasi tertentu. Misal bila mau turun di stasiun Pasar Senen, harus menuju jurusan stasiun Jatinegara lalu berpindah  ke jalur Kampung Bandan agar dapat turun di stasiun Pasar Senen. Bila ingin ke stasiun Gambir, juga harus turun di stasiun Gondangdia karena  commuter line tidak berhenti di stasiun Gambir.
Akibat sering transit di stasiun Manggarai, jadi lebih mengenal seluk belum peron yang ada. Meski stasiun Manggarai, stasiun yang ramai dan memiliki tiga tingkat, namun petunjuknya mudah dipahami. Misal, lantai 1 adalah peron ke Tanah Abang atau Kampung Bandan. Lantai 2 adalah peron bila ingin ke stasiun Bekasi atau stasiun Cikarang. Sedangkan lantai 3 bila ingin ke stasiun Bogor atau Kota.
Saat ingin naik  commuter line juga harus melihat arah peron, semula aku belum tahu, hingga pernah salah naik kereta. Dari stasiun BNI City ingin ke stasiun Tanah Abang langsung naik, ternyata salah peron, dan naik ke jurusan stasiun Manggarai, sehingga terpaksa turun di stasiun Sudirman.
Fasilitas
Menggunakan commuter line sangat nyaman bagi orang seumuran aku, karena mendapatkan prioritas. Karena tergolong lansia, petugas di dalam kereta akan mencarikan tempat duduk atau penumpang lain yang paham aturan selalu berdiri dan memberikan tempat duduknya saat getbong penuh sesak.Â
Prioritas ini berlaku pula bagi ibu hamil, ibu dengan balita, dan kaum disabilitas. Bahkan KAI Commuter telah menyediakan tempat duduk prioritas di dekat pintu sambungan kereta, namun penumpang sering pura-pura tidak paham, meski sering diperingatkan melalui pemberitahuan saat kereta berjalan.
Commuter line juga sangat peduli terhadap aksi pelecehan seksual di dalam kereta. Maka bila gerbong padat, sering diingatkan melalui pemberitahuan agar penumpang wanita waspada terhadap aksi pelecehan seksual ini. Agar tidak segan melaporkan kepada petugas di dalam kereta, Â minta bantuan penumpang lain atau pindah ke gerbong lain. Bahkan dua gerbong, awal dan akhir selalu diprioritaskan untuk wanita.