Akhir-akhir ini viral di dunia maya, seorang anak dari pejabat pada salah satu kementerian pamer berfoto dengan mobil mewah. Jelas itu mobil milik orang tuanya, bukan mobil orang lain yang sedang parkir atau berfoto pada sebuah pameran otomotif. Karena anak ini mengunggahnya berkali-kali dan pada lokasi berbeda.
Apakah dia tidak sadar bahwa gaji orang tuanya sebenarnya tidak sanggup untuk membeli mobil mewah itu ? Dengan dia mengunggah fotonya di media sosial, pasti masyarakat yang melihatnya akan merasa curiga dan bertanya-tanya, berapa gaji orang tuanya? Atau mendapat penghasilan lain dari mana?
Akibatnya dunia maya bergejolak, banyak kritik tajam dari netizen. Dan tentu berdampak lebih lanjut, kekayaan orang tuanya diperiksa oleh atasannya.
Meski anak dimanja dengan fasilitas berlebihan dari orang tuanya, seharusnya dia berpikir bijak, benarkah gaji wajar orang tuanya sanggup untuk membeli semua fasilitas mewah tersebut. Bila tidak, seharusnya dia sebagai anak harusnya melindungi posisi orang tuanya, dengan tidak usah mengunggah fotonya dengan mobil mewah. Karena hal ini dapat berdampak negatif bagi posisi orang tuanya.
Memang orang sering tidak sadar, dengan spontan mengunggah fotonya di media sosial, seperti saat makan di resto / hotel mewah, menggunakan kendaraan mewah maupun sedang berlibur ke luar negeri.
Hendaknya tiap orang memiliki budaya malu. Dia harus nemilah dengan bijak, konten yang boleh diunggah di media sosial dan yang tidak Misal, foto saat sedang bermewah-mewah harus dipikirkan apakah akan berdampak negatif.
Orang seharusnya merasa malu bila nenyadari bahwa kekayaannya diperoleh secara tidak wajar. Bukan malah memamerkannya.
Memang orang cenderung suka pamer, karena dengan pamer kekayaan, mereka akan lebih mudah meendapatkan teman. Orang yang dengan mudahnya, mentraktir temannya tentu akan lebih disukai temannya.
Tetapi dampaknya juga luar biasa, karena kritik dari masyarakat bisa saja status kekayaan orang tuanya yang semula aman, jadi diperiksa.
Meski merasa senang bermewah-mewah, harus selalu memikirkan dari dua sisi sebab akibatnya, jangan asal nengunggah saja
Karena bila ketahuan bahwa kekayaannya didapat secara tidak halal, pasti orang tuanya akan terjerat masalah hukum. Dan saat itu kekayaan akan disita, dan keluarga otomatis menjadi miskin  Dan teman-teman yang semula mendekati, pelan-pelan akan menjauh.
Jadi, apa perlunya pamer kekayaan? Normalnya orang yang bekerja dengan susah payah hingga berhasil, dia akan selalu bersikap sederhana. Karena dia tahu, rasanya saat masih susah. Sehingga tidak merasa perlu untuk pamer kekayaan.
Moral dari tulisan ini, bila kita merasa kaya, sebelum pamer kekayaan, cobalah berkaca apakah kekayaan diperoleh secara legal? Bila tidak, sebaiknya jangan pamer, karena bisa terpercik ke muka sendiri. Akibat pamer kekayaan, asal usul kekayaan jadi diperiksa.
Bersikaplah tetap sederhana, karena tanpa pamer, orang pasti akan mengetahui siapa kita, bila kita benar- benar kaya.
Sadarlah, tidak perlu pamer kekayaanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H