Hari ketiga 'Goes to Jogya' Click sudah menyiratkan kekurang disipkinan peserta. Berangkat masih kompak kumpul di stasiun Tugu Yogyakarta lalu berangkat dengan commuter line yang keretanya buatan PT INKA.
Didalam kereta kami larut dalam kegembiraan bersama, berfoto ria didalam gerbong KRL Tugu-Solo Balapan. Bahkan Agustina dengan Dua temannya dari KJog, Dian dan Mesha ikut memeriahkan even Click ini.
Setibanya di stasikiun Solo Balapan, kami masih bersama berjalan menyusuri jalan yang sedang dibangun untuk bersama menuju masjid Syeikh Zayed Solo yang kini merupakan ikon baru kota Solo.
Meski diresnikan November 2022, namun masjid baru dibuka untuk umum pada awal Maret 2023. Maka jadilah masjid Syeikh Zayed Solo sebagai destinasi wisata religi baru.
Setibanya di masjid Syeikh Zayed Solo, rombongan mulai berpencar. Mbak Muthiah dan Pak Taufik segera nenujunje area shalat karena azan sudah terdengar.
Semula penulis nenunggu bersama mbak  Wahyu di pinggir masjid. Tapi tiba-tiba mbak Wahyu keluar. Rupanya dipanggil oleh sebagian rombongan lainnya untuk makan siang dulu sebelum mengekaplorasi masjid.
Karena menunggu mbak Muthiah dan Pak Taufik belum keluar juga, akhirnya penulis keluar untuk mencari minum di sekitar masjid.
Banyak peraturan yang cukup ketat, seperti boleh shalat di dalam Masjid asalkan memasuki area shalat tepat waktu. Akibatnya banyak terlihat pengunjung yang terpaksa melakukan shalat di pinggiran masjid.
Petunjuk arahnya juga kurang jelas, setelah memasuki ruang wudhu yang berdekatan dengan toilet, pengunjung harus keluar melalui arah berbeda.
Sambil minum penulis memantau WA Group dan memperoleh informasi bila Mbak Muthiah dan Pak Taufik sudah menunggu di depan Gereja, bersama Lintang Ayu, seorang Kompasianer Solo.
Penulis segera menuju lokasi berkumpul, lalu kami nenunggu teman&teman yang makan siang. Setelah menunggu selama 1 jam akhirnya sebagian rombongan muncul, tapi rombongan dari KJog infonya masih didalam masjid.
Sebenarnya setelah mengunjungi masjid Syeikh Zayed Solo kami agendanya akan mengunjungi Mangkunegara. Karena sudah siang, kami kawatir sudah tutup, akibatnya rombongan terbagi tiga: KJog masih didalam masjid, teman-teman yang sudah makan siang menuju Mangkunegara, sedangkan yang belum makan siang ditemsni Lintang berburu kuliner Solo.
Ternyata rombongan yang menuju Mangkunegara gagal masuk, karena area Mangkunegara ditutup, untuk keperluan even. Mereka langsung menuju  stasiun Solo Balapan. Dan bertemu rombongan KJog.
Saat selesai makan siang, rombongan lainnya terpaksa menuju stasiun Purwosari karena lebih dekat. Akhirnya kami berada dalam rangkaian gerbong yang sama, meski berada pada gerbong berbeda. Menuju Jogya Dari Solo.
Jadi akhirnya kami bertemu di stasiun Tugu lalu memutuskan untuk mengekaplorasi Malioboro. Di Malioboro, rombongan juga kembali terpenxar. Rombongan KJog undur diri pulang duluan, rombongan lain menyusuri Malioboro lebih cepat, sementara tertinggal di belakang Sukma dan mbak Sri.
Rombongan terbesar kembali berpencar, karena Mbak Selsa memiliki misi sendiri mencari sesuatu. Lainnya makan malam pada sebuah gerai di Malioboro, sambil menunggu hujan reds
Sementara kabarnya mbak Sri dan Sukma ke Plaza Malioboro.
Ketika kami selesai makan, kami menuju lokasi yang ditunjukkan mbak Sri dan Sukma, dicari ternyata tidak ada. Rupanya mbak Sri dan Sukma kembali ke ujung Malioboro di dekat stasiun. Karena masih hujan rintik-ribtik dan jalan Malioboro tertutup untuk dilewatii kendaraan akibatnya kami kesulitan menjemput mbak Sri dan Sukma. Kami hanya bisa memberi saran, pulang baik becak atau Trans Jogya. Akhirnya mbak Sri dan Sukma memilih naik becak
Rombongan lainnya pulang ke homestay dengan baik Trans Jogya. Ketika rombongan tiba di depan homestay, menemukan becak yang dinaiki mbak Sri dan Sukma. Ini aneh, karena mereka berangkat dulu seharusnya tiba duluan.
Setelah masuk kedalam homestay, baru kami mendapat kisah tragis, tukang becaknya tidak mengetahui letak homestay kami. Jadi mbak Sri dan Sukma diajak berputar-putar keliling Jogya. Untungnya mereka masih sempat bertanya alamat lengkap homestay sehingga akhirnya tukang becak dapat mengantarkan dengan selamat ke tujuan.
Bagaimanapun bila kita pergi dalam kelompok, harusnya tetap bersama. Jangan berpencar, karena risiko bisa hilang  Cara yang paling tepat menentukan titik kumpul pada ham tertentu. Jadi mau pergi kemana, asal menepati menuju titik kumpul pada jam tertentu, pasti risiko hilang dapat dieliminir.
Semoga pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagi komunitas yang sering mengadakan even jalan-jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H