Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kiprah Perdana Ketapels dengan Nahkoda Baru

31 Oktober 2022   05:00 Diperbarui: 31 Oktober 2022   10:11 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dalam organisasi atau komunitas, sudah biasa bila ganti pimpinan pasti ganti kebijakan. Demikian pula dengan Ketapels, komunitas Kompasiana berbasis regional, tepatnya bagi Kompasianer yang berdomisili di Tangerang Selatan plus. Saat dinahkodai Agung Han, viral dengan Jum'at Berkah-nya yang selalu membagikan makan siang bagi kaum dhuafa, kini saat pimpinan Ketapels dinahkodai Denik lebih mengutamakan guyub antar anggota komunitas. Dalam program kerjanya Denik mengupayakan tiap bulan bisa berlangsung guyub baik saling mengunjungi, maupun berkunjung ke rumah anggota yang sedang "open house" entah sunatan, launching buku, lamaran, dan lainnya. Bila sedang tidak ada acara keluarga, bisa diisi dengan guyub kuliner bersama atau piknik bersama.

Piknik ? Wah ini bakal bersaing dengan Koteka, komunitas traveler Kompasiana. Tidak demikian, karena konsepnya berbeda. Ketapels lebih mengutamakan guyubnya bukan pikniknya. Piknik hanyalah sekedar sarana perekat.

Oleh karena itu piknik perdana sengaja dibuat berbayar, swa sembada, tanpa adanya sponsor, sehingga tidak mewajibkan peserta untuk menulis, mengunggah cuitan di Twitter, atau membuat konten di Instagram. Tetapi kalau mau menulis tentu tidak dilarang, karena pada dasarnya anggota komunitas ini adalah penulis.

Piknik perdana ini memilih destinasi dekat saja. Dipilih Banten Lama, meski dulu pernah juga piknik kesana dengan mobil. Kini dengan kereta api. Dengan commuter line dari stasiun manapun, berkumpul di stasiun Rangkasbitung. Lalu bersama naik kereta api ke Karangantu.

Uniknya, kalau piknik biasanya menggunakan bus atau minimal mobil MPV, namun kali ini menggunakan bentor (becak bermotor) dan jalan kaki. Bentor adalah modifikasi dari becak dengan sepeda motor, penumpang di depan pasti dua orang, lalu di belakang masih bisa membonceng satu orang.

Tempat yang dikunjungi juga diatur tidak terlalu padat, karena pesertanya lintas usia, baik lolita (lolos lima puluh tahun) maupun jelita (jelang lima puluh tahun).

Dari stasiun Karangantu, kita dengan bentor menuju Pecinan Banten Lama, tujuannya adalah vihara yang viral karena selamat dari tsunami akibat ledakan Gunung Krakatau. Nama vihara ini Avalokistesvara.

Ternyata meski bebas berkunjung, namun untuk masuk dan mendapat informasi, kita harus berkirim surat terlebih dulu. Untunglah kita boleh makan siang di lokasi yang rindang dan mendapat penjelasan singkat 10 menit dari pengelola vihara.

Bahkan setelah mengetahui kita dari komunitas penulis, A Thay, menantang kita mau bertanya tentang apa dan meminta kita meluruskan mitos yang kurang tepat, baik di media cetak maupun daring. Penjelasan tentang mitos di vihara ini akan ditulis dalam tulisan tersendiri.

Didekat vihara ini, terdapat bekas benteng Spellwijk. Lapangan di depan benteng Spellwijk kini sudah direvitalisasi menjadi Taman Spellvijk, sehingga tampak seakan vihara dan benteng ini destinasi berdekatan. Padahal dulu, dari benteng Spellwijk kita kesulitan mencari letak vihara, lagi pula dulu belum ada Waze atau Google maps.

Pada Taman Spellvijk, kita dapat mengajak anak-anak bermain, karena tersedia mobil-mobilan, sepeda tandem, sepeda yang dikaroseri fungsinya seperti becak untuk keliling Taman, maupun bersantai di Taman yang rindang.

Bunker (dokpri)
Bunker (dokpri)

Atau bisa juga mengexplore benteng Spellwijk sendiri. Didepan pintu masuk benteng Spellwijk terdapat sisa reruntuhan Gereja, lalu juga terdapat penjara bawah tanah. Yang cukup gelap dan menyeramkan karena adanya suara-suara menyeramkan yang dilakukan oleh pengunjung lain dari bagian atas benteng. Setelah melihat penjara bawah tanah, kita dapat keatas melalui tangga batu setinggi kira-kira 2 meter untuk keatas benteng.

Benteng Spellwijk (dok: Rifki)
Benteng Spellwijk (dok: Rifki)


Dari benteng Spellwijk kami dengan bentor lagi menuju Masjid Agung Banten, yang melewati masjid Pacinan Tinggi.

Karena belum tiba waktu salat, kita menuju museum Banten dengan berjalan kaki. Sayangnya museum tutup pada hari Sabtu, sehingga kita hanya menyaksikan benda purbakala yang terdapat di luar museum. Yang cukup terkenal adalah meriam Ki Amuk yang konon masih saudara dengan meriam yang ada di Lapangan Fatahilah, Kota Lama Jakarta.

Keraton Surosowan (dokpri)
Keraton Surosowan (dokpri)

Lalu kita menyeberang ke Keraton Surosowan. Keraton yang dulu sangat indah (dibangun oleh Sultan Maulana Hasanudin sekitar 1526-1570), kini hanya dapat dibayangkan dalam imajinasi saja, karena telah runtuh akibat di bom Belanda pada tahun 1808 atas perintah Daendels akibat Sultan Banten menolak permintaannya untuk menyediakan 1.000 pekerja.

Terdapat bekas tempat untuk penyebaran agama dengan lantai ketamik, juga ada tiga pemandian, roro Denok, Pancuran Mas dan Sumur Kejayaan. Konon kabarnya air berasal dari Tasikardi.

Keraton Surosowan kondisinya memprihatinkan seperti situs Kaibon yang tidak sempat kita kunjungi. Kita sempat rehat di sebuah warung sambil menunggu waktu salat.

Karena sudah tiba saat salat, kita bergegas ke Masjid Agung Banten. Masjid yang terkenal dengan menara setinggi 24 meter seperti mercusuar yang dirancang oleh arsiek Tionghoa Tjek Ban Tjut.

Masjid yang sangat populer untuk wisata religi ini dibangun oleh Sultan Maulana Hasanudin pada abad 15. Masjid cukup unik karena menggabungkan arsitektur Arab, Tiongkok, dan Eropa. Kini sudah ditambah payung peneduh seperti di masjid Nabawi Madinah.

Payung Nabawi (dokpri)
Payung Nabawi (dokpri)

Semula rencananya akan menghabiskan waktu di Masjid Agung Banten, misal kalau ada yang sekaligus berziarah ke makam di dekat masjid. Karena tidak ada yang berniat ziarah, maka diputuskan mengunjungi destinasi optional, yakni Tasikardi dan Pengindelan Abang.

Dengan bentor kita menuju Pengindelan Abang, sebuah tempat untuk melakukan filterisasi air dari Tasikardi yang nantinya dialirkan ke Keraton Surosowan dan vihara. Kemudian dilanjutkan ke Tasikardi sebuah danau buatan dengan pulau ditengahnya. Di pulau ini terletak bangunan peristirahatan untuk tamu-tamu Sultan Banten.

Karangantu (dokpri)
Karangantu (dokpri)
Setelah sempat makan malam di dekat stasiun Karangantu, kita kembali naik kereta api untuk kembali ke rumah masing-masing.

Demikian keserian piknik perdana Ketapels, semoga dapat dilanjutkan dengan acara guyub berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun